Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, di waktu Nabi Muhammad saw sedang bertahannuts di Gua Hira datanglah Malaikat Jibril as, yang membawa tulisan dan menyuruh nabi Muhammad saw untuk membacanya” Bacalah” Dengan terperanjat Muhammad saw menjawab “Aku tidak dapat membaca “ Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril as, sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi, ”Bacalah” Tetapi Muhammad saw, masih tetap menjawab “Aku tidak dapat membaca“. Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw berkata “Apa yang ku baca” kata Jibril; Artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah,Tuhanmu teramat Mulia, Yang mengajarkan dengan pena ( Tulis Baca ) Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ( Surat 96 Al – Alaq ayat 1 - 5 )
Inilah wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw, dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalah-Nya.
Tugas Nabi Muhammad saw
Menurut riwayat selama lebih kurang dua setengah tahun lamanya, sesudah
menerima wahyu yang pertama, barulah Rasulullah menerima wahyu yang
kedua. Dikala menunggu – nunggu kedatangan wahyu kedua itu Rasulullah
diliputi perasaan cemas, dan khawatir kalau – kalau wahyu itu putus,
malahan hampir saja beliau berputus asa, akan tetapi ditetapkannya
hatinya dan beliau terus terus bertahannuts sebagaimana biasa di Gua
Hira, setelah dia berada di dalam Gua Hira terdengarlah suara dari
langit, beliau menengadah, tampaklah Malaikat Jibril as, sehingga beliau
menggigil ketakutan dan segera pulang ke rumah, kemudian dia minta
kepada isterinya Sitti Khadijah supaya menyelimuti. Dalam keadaan
berselimut, datanglah Malaikat Jibril as untuk menyampaikan wahyu dari
Allah yang kedua kepada beliau yang berbunyi: “Hai orang yang
berselimut, Bangunlah dan lalu diberilah peringatan! Besarkanlah (nama)
Tuhan Mu,, bersihkanlah pakaianmu, jauhi perbuatan maksiat, janganlah
kamu tidak memberi, karena hendak memperoleh yang lebih banyak. Dan
hendaklah kamu bersabar untuk memenuhi perintah tuahn Mu”. Dalam surat
74 Muddatsir ayat 1 – 7.
Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi
Sesudah Rasulullah saw, menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan
tugas atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi – sembuny menyuruh
keluarganya yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat beliau
yang terdekat,seoranga – demi seorang agar mereka meninggalkan agam
berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa.. Maka yang mula – mula
iman kepadanya adalah isteri beliau sendiri Sitti Khadijah, disusul oleh
putera pamannya yang masih amat muda Ali bin Thalib dan Zaid bin
Naritsah, budak beliau yang kemudian menjadi anak angkat beliau. Setelah
itu lalu beliau menyuruh Abu Bakar Siddiq, seorang sahabat karib yang
telah lama bergaul dan Abu Bakar pun segera beriman dan memeluk agama
Islam.
Dengan perantaraan Abu Bakar, banyak orang – orang yang memeluk agama Isalam, antara lain ialah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa”ad Abi Waqqash, Abdurahman bin Auf, Thalha bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil, Arqam Fatimah binti Khathab adik Umar Bin Khathab r.a, beserta suaminya Said bin Zaid , Al Adawi dan beberapa orang penduduk Mekkah lainnya dari kabilah Quraisy, mereka itu diberi gelar “Ass Saabiquunal awwaluun” yang artinya: Orang – orang yang terdahulu yang pertama- tama masuk dalam agama Islam. Mereka ini dapat gemblengan dan pelajaran tentang agama Islam oleh Rasul sendiri ditempat yang tersembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam dalam wiyah kota Mekkah.
Menyiarkan Agama Islam Secara Terang-Terangan
Tiga tahun lamanya Rasulullah s.a.w melakukan da”watul afrad ini yaitu
ajakan masuk agama Islam seorang demi seorang secara diam – diam atau
secara sembunyi – sembunyi dari satu rumah kerumah yang lain. Kemudian
sesudah ini, turunlah firman Allah surat (15 ) A 1Hijr ayat 94 yang
artinya : Maka Jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan
berpalinglah dari orang – orang yang musyrik.
Ayat ini memerintahkan kepada Rasul agar menyiarkan agama Islam dengan terang-terangan dan meninggalkan cara berhala dengan sembnyi – sembunyi, Maka mulai Nabi Muhammad s a w menyuruh kaumnya secara umum di tempat – tempat terbuka untuk menyembah Allah swt dan menegaskan Nya. Pertama kali seruamn ( Da”wah ) yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekkah pada umumnya yang terdiri dari bermacsam – macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah –kabilah arah dari pelbagai daerah yang dating ke Mekkah untruk mengerjakan ibadah haji.
Reaksi Orang – Orang Quraisy
Ketika orang – orang Quraisy melihat gerakkan agama Islam serta
mendengar bahwa mereka dengan nenek moyang mereka dibodoh-bodohkan dan
berhala – berhala, dihina – hina, bangkitlah kemarahan mereka dan
mulilah mereka melancarkan permusuhan terhadap Nabi dan
pengikut-pengikutnya> Banyaklah pengikut Nabi yang kena siksa diluar
perikemanusian, terutama sekali pengikut dari golongan rendah. Terhadap
Nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan gangguan badan, karena
beliau masih dilindungi oleh pamannya beliau yaitu Abu Thalib, dan di
samping itu beliau adalah keturunan Bani Hasyim yang mempunyai
kedududkan dan martabat yang tinggi dalam pandangan Quraisy sehingga
beliau disegani.
Pada suatu ketika, datanglah beberapa pemuka – pemuka Quraisy menemui Abu Thalib meminta agar dia menghenrtikan segala kegiatan Nabi Muhammad s.a.w, dalam menyiarkan agama Islam, dan jangan mengecam agama mereka serta menghina nenek moyang mereka. Tuntunan mereka ini ditolak secara baik oleh Abu Thalib, setelah mereka melihat perutusan itu tidak member hasil, datanglah mereka kembali kepada Abu Thalib untuk menyatakan bahwa mererka tidak dapat membiarkan tingkah laku Nabi Muhammad s.a.w itu untuyk mengajukan pilihan kepadanya, menghentikan ucapan – ucapan Nabi Muhammad S.a.w atau mereka sendiri yang melakukannya. Setalah Abu Thalib mendengar ketegasan perutusan itu timbullah rasa kekuatiran akan terjadinya perpecahan dan permusuhan kaumnya, namun tak sampai hati juga ia melarang keponakannya itu. Akhirnya dipanggilnya Nabi Muhammad s.a.w dan dia berkata:” Wahai anakku sesungguhnya aku dijumpai oleh pemimpin – pemimpin kaummu . Mereka mengatakan kepadaku supaya aku mencegah kamu melakukan penyiaran agam Islam dan tidak mencela agama serta nenek moyang mereka, maka jagalah diriku dan dirimu, janganlah aku dibebani dengan sesuatu perkara diluar kesanggupanku”.
Mendengar ucapanitu Nabi Muhammad s.a.w mengira pamannyaq tidak bersedia lagi melindunginya, beliau berkata dengan tegas. “Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka letakkan matahari di sebelah kananku, dan bulan di sebelah kiriku, dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini ( mwenyuruh mereka kepada agama Allah ) sehingga ia tersiar ( di muka bumi ini ) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.”
Sesudah mengucapkan kata – kata itu Nabi Muhammad s.a.w berpaling seraya menangis, ketika berpaling hendak pergi kepada pamannya Abu Thalib untuk memanggilnya;” Menghadaplah kemari hai anakku “, Nabi pun kembali menghadap , lalu berkatalah pamannya “ Pergilah dan katakanlah apa yang kamu kehendakmu, demi Allah aku tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasanpun selama – lamanya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar