Sabtu, 13 Agustus 2016

Kisah Khadijah Binti Khuwailid Isteri Rasulullah

Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita keturunan bangsawan yang berasal dari kaum Asadiyah. Kaum ini merupakan salah satu keturunan Quraisy yang amat disegani dan dihormati. Khadijah lahir pada 68 tahun sebelum hijrah atau lima belas tahun sebelum Rasulullah lahir. Orang-orang mengenalnya sebagai wanita pengusaha yang cantik dan berakhlak mulia. Sementara itu, ada seorang pemuda bernama Muhammad dari Bani Hasyim. Muhammad yang kelak menjadi suami Khadijah adalah seorang yatim piatu dan hidup miskin sejak kecil. Sejak kecil, Muhammad diasuh pamannya, Abu Thalib.


kisah-khadijah-binti-khuwalid

Melalui saudaranya, Muhammad memperoleh pekerjaan di tempat Khadijah. Muhammad diikut sertakan dalam suatu kafilah niaga ke negeri Syam. Sesampai di negeri Syam, Muhammad dan orang-orang yang ada dalam kafilah niaga itu mulai menjual barang-barannya. Hanya beberapa hari saja, semua barang sudah laku dan memperoleh keuntungan yang besar.

Setelah itu, Muhammad kembali ke kota Mekkah. Setelah mengenal beberapa lama, Khadijah jatuh hati dengan Muhammad. Ketika itu, Khadijah menanyakan kesediaan Muhammad menikah dengannya. Ternyata, Muhammad bersedia menikah dengan Khadijah. Keluarga Muhammad dan keluarga Khadijah pun mendukung keduanya. Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad pada usia empat putuh tahun. Sementara itu, Nabi Muhammad berumur 25 tahun. Sekalipun memiliki perbedaan umur 15 tahun, keduanya dapat membangun bahtera rumah tangga dengan baik. Mereka hidup bahagia.

Khadijah Dijamin Masuk Surga

Khadijah binti Khuwailid mendampingi Nabi Muhammad dengan setia. Selama dua puluh empat tahun, Khadijah terus menemani Rasulullah, baik saat sedih maupun bahagia. Dalam masa pernikahannya, Nabi Muhammad sering kali bertafakur atau merenung dan bermunajat (mendekatkan diri kepada Allah) di Gua Hira. Nabi Muhammad pergi ke Gua Hira dengan membawa bekal. Saat bekalnya telah habis, Nabi Muhammad akan kembali ke rumahnya. Selama masa lima tahun, Nabi Muhammad sering kali bertafakur ke Gua Hira. Sekalipun demikian, Khadijah tidak mengeluh. Ia senantiasa mendukung kegiatan suaminya. Khadijah tetap melayani Nabi Muhammad dengan baik dan penuh kasih sayang.

Setelah mendapatkan wahyu pertama dari Allah, Nabi Muhammad pulang dalam keadaan badan menggigil ketakutan. Khadijah pun berusaha menenangkannya. Khadijah adalah orang pertama yang memeluk agama Islam. Selama Rasulullah berdakwah, Khadijah selalu memberikan dukungan. Tidak hanya dukungan moral, tetapi juga dukungan yang berupa harta. Selama mendampingi Nabi Muhammad, Khadijah menjadi satu-satunya isteri Rasulullah hingga dia meninggal. Dia telah melahirkan enam orang anak. Isteri-isteri Rasulullah yang lain tidak memiliki anak. Kesetiaan Khadijah diimbangi oleh Rasulullah dengan memberi cinta yang tiada terkira. Nabi Muhammad pernah bersabda, “Wanita utama dan yang pertama masuk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW, Maryam binti Imran dan Asyiah binti Muzaahim, isteri Firaun.

Nabi Muhammad juga pernah mengatakan bahwa Khadijah adalah wanita yang terbaik. Rasulullah bersabda, “Dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam kebimbangan. Dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku. Dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku. Dia telah melahirkan beberapa putra-putri yang tidak aku dapatkan dari isteri-isteri yang lain”.

Khadijah berada pada kedudukan yang lebih utama dibandingkan para sahabat yang memeluk agama Islam pada awalnya. Penyebabnya adalah sikap Khadijah yang pertama kali beriman dengan ajaran Nabi Muhammad lebih agung dari pada sikap para sahabat yang mendukung dakwah Nabi Muhammad sesudah itu. Setelah itu, Khadijah selalu menenangkan dan menghibur Nabi Muhammad saat bersedih, membantunya dalam berdakwah, merasakan penderitaan saat jihad, dan menolong Nabi Muhammad dengan harta dan jiwanya. Untuk itu, pantaslah Allah menjadikan Khadijah sebagai penduduk surga.

Kamis, 11 Agustus 2016

Kisah Nabi Muhammad saw - Menjadi Rasul

Ketika menginjak usia empat puluh tahun, Muhammad saw lebih banyak mengerjakan tahannuts dari pada waktu – waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena ia akan bertahannuts lebih lama daripada waktu –waktu yang lalu. Dalam melakukan tahannuts kadang – kadang beliau bermimpi yang benar ( Arru” yaashshadiqah).

Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, di waktu  Nabi Muhammad saw sedang bertahannuts di Gua Hira datanglah Malaikat Jibril as, yang membawa tulisan dan menyuruh nabi Muhammad saw untuk membacanya” Bacalah” Dengan terperanjat Muhammad saw  menjawab “Aku tidak dapat membaca “ Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril as, sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi, ”Bacalah” Tetapi Muhammad saw, masih tetap menjawab “Aku tidak dapat membaca“. Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw berkata “Apa yang ku baca” kata Jibril; Artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah,Tuhanmu teramat Mulia, Yang mengajarkan dengan pena ( Tulis Baca ) Mengajarkan kepada manusia  apa yang tidak diketahuinya. ( Surat 96 Al – Alaq ayat 1 - 5 )

Inilah wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw, dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalah-Nya.

Tugas Nabi Muhammad saw

Menurut riwayat selama lebih kurang dua setengah tahun lamanya, sesudah menerima wahyu yang pertama, barulah Rasulullah menerima wahyu yang kedua. Dikala menunggu – nunggu kedatangan wahyu kedua itu Rasulullah diliputi perasaan cemas, dan khawatir kalau – kalau wahyu itu putus, malahan hampir saja beliau berputus asa, akan tetapi ditetapkannya hatinya dan beliau terus terus bertahannuts sebagaimana biasa di Gua Hira, setelah dia berada di dalam Gua Hira terdengarlah suara dari langit, beliau menengadah, tampaklah Malaikat Jibril as, sehingga beliau menggigil ketakutan dan segera pulang ke rumah, kemudian dia minta kepada isterinya Sitti Khadijah supaya menyelimuti. Dalam keadaan berselimut, datanglah Malaikat Jibril as untuk menyampaikan wahyu  dari Allah  yang kedua kepada beliau yang berbunyi: “Hai orang yang berselimut, Bangunlah dan lalu diberilah peringatan! Besarkanlah (nama) Tuhan Mu,, bersihkanlah pakaianmu, jauhi perbuatan maksiat, janganlah kamu tidak memberi, karena hendak memperoleh yang lebih banyak. Dan hendaklah kamu bersabar untuk memenuhi perintah tuahn Mu”. Dalam surat 74 Muddatsir ayat 1 – 7.

Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi

Sesudah Rasulullah saw, menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi – sembuny menyuruh keluarganya yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat beliau  yang  terdekat,seoranga – demi seorang agar mereka meninggalkan agam berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa.. Maka yang mula – mula iman kepadanya adalah isteri beliau sendiri Sitti Khadijah, disusul oleh putera pamannya yang masih amat muda Ali bin Thalib dan Zaid bin Naritsah, budak beliau yang kemudian menjadi anak angkat beliau. Setelah itu lalu beliau menyuruh Abu Bakar Siddiq, seorang sahabat karib yang telah lama bergaul dan Abu Bakar pun segera beriman dan memeluk agama Islam.

Dengan perantaraan Abu Bakar, banyak orang – orang yang memeluk agama Isalam, antara lain ialah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa”ad Abi Waqqash, Abdurahman bin Auf, Thalha bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil, Arqam Fatimah binti Khathab adik Umar Bin Khathab r.a, beserta suaminya Said bin Zaid , Al Adawi dan beberapa orang penduduk Mekkah lainnya dari kabilah Quraisy, mereka itu diberi gelar “Ass Saabiquunal awwaluun” yang artinya: Orang – orang yang terdahulu yang pertama- tama masuk dalam agama Islam. Mereka ini dapat gemblengan dan pelajaran tentang agama Islam oleh Rasul sendiri ditempat yang tersembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam dalam wiyah kota Mekkah.

Menyiarkan  Agama Islam Secara Terang-Terangan

Tiga tahun lamanya Rasulullah s.a.w melakukan da”watul afrad ini yaitu ajakan masuk agama Islam seorang demi seorang secara diam – diam atau secara sembunyi – sembunyi dari satu rumah  kerumah yang lain. Kemudian sesudah ini, turunlah firman Allah surat (15 ) A 1Hijr ayat  94 yang artinya : Maka Jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang – orang yang musyrik.

Ayat ini memerintahkan kepada Rasul agar menyiarkan agama Islam dengan terang-terangan dan meninggalkan cara berhala dengan sembnyi – sembunyi, Maka mulai Nabi Muhammad s a w menyuruh kaumnya secara umum di tempat – tempat terbuka untuk menyembah Allah swt dan menegaskan Nya. Pertama kali seruamn ( Da”wah ) yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekkah pada umumnya yang terdiri dari bermacsam – macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah –kabilah arah dari pelbagai daerah yang dating ke Mekkah untruk mengerjakan ibadah haji.

Reaksi Orang – Orang Quraisy

Ketika orang – orang Quraisy melihat gerakkan agama Islam serta mendengar bahwa mereka dengan nenek moyang mereka dibodoh-bodohkan dan berhala – berhala, dihina – hina, bangkitlah kemarahan mereka dan mulilah mereka melancarkan permusuhan terhadap Nabi dan pengikut-pengikutnya> Banyaklah pengikut Nabi yang kena siksa diluar perikemanusian, terutama sekali pengikut dari golongan rendah. Terhadap Nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan gangguan badan, karena beliau masih dilindungi oleh pamannya beliau yaitu Abu Thalib, dan di samping itu beliau adalah keturunan Bani Hasyim yang mempunyai kedududkan  dan martabat yang tinggi dalam pandangan Quraisy sehingga beliau disegani.

Pada suatu ketika, datanglah beberapa pemuka – pemuka Quraisy menemui Abu Thalib meminta agar dia menghenrtikan segala kegiatan Nabi Muhammad s.a.w, dalam menyiarkan agama Islam, dan jangan mengecam agama mereka serta menghina nenek moyang mereka. Tuntunan mereka ini ditolak secara baik oleh Abu Thalib, setelah mereka melihat perutusan itu tidak member hasil, datanglah mereka kembali kepada Abu Thalib untuk menyatakan bahwa mererka tidak dapat membiarkan tingkah laku Nabi Muhammad s.a.w itu untuyk mengajukan pilihan kepadanya, menghentikan ucapan – ucapan Nabi Muhammad S.a.w atau mereka sendiri yang melakukannya. Setalah Abu Thalib mendengar ketegasan perutusan itu timbullah rasa kekuatiran akan terjadinya perpecahan dan permusuhan kaumnya, namun tak sampai hati juga ia melarang keponakannya itu. Akhirnya dipanggilnya Nabi Muhammad s.a.w dan dia berkata:” Wahai anakku sesungguhnya aku dijumpai oleh pemimpin – pemimpin kaummu . Mereka mengatakan kepadaku supaya aku mencegah kamu melakukan penyiaran agam Islam dan tidak mencela agama serta nenek moyang mereka, maka jagalah diriku dan dirimu, janganlah aku dibebani dengan sesuatu perkara diluar kesanggupanku”.

Mendengar ucapanitu Nabi Muhammad s.a.w mengira pamannyaq tidak bersedia lagi melindunginya, beliau berkata dengan tegas. “Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka letakkan matahari di sebelah kananku, dan bulan di sebelah kiriku, dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini ( mwenyuruh  mereka kepada agama Allah ) sehingga ia tersiar ( di muka bumi ini ) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.”

Sesudah mengucapkan kata – kata itu Nabi Muhammad s.a.w berpaling seraya menangis, ketika berpaling hendak pergi kepada pamannya Abu Thalib untuk memanggilnya;” Menghadaplah kemari hai anakku “, Nabi pun kembali menghadap , lalu berkatalah pamannya “ Pergilah dan katakanlah apa yang kamu kehendakmu, demi Allah aku tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasanpun selama – lamanya”.

Minggu, 07 Agustus 2016

Kisah Nabi MUhammad saw menikah dengan Siti Khadijah

Setelah nabi Muhammad beranjak dewasa, beliau ingin berusaha sendiri dalam penghidupannya. Beliau tidak mau lagi menggantungkan hidupnya pada Abu Thalib, pamannya. Untuk itulah beliau meminta izin pada pamannya agar diperbolehkan mencari nafkah sendiri.

Karena sejak kecil beliau mempunyai sifat jujur, maka memudahkannya dalam mencari pekerjaan. Beliau diterima pada salah seorang janda kaya raya namanya Siti Khadijah. Beliau dipercayai untuk menjual barang dagangannya dengan ditemani Maisaroh. Dalam waktu singkat semua barang dagangannya terjual habis dengan keuntungan yang menyenangkan.

Betapa gembira hati Siti Khadijah mendengar berita itu. Sebb sebelumnya tidak pernah barang dagangannya habis terjual dalam waktu singkat dan mendapatkan laba tidak sedikit. Dari sinilah Khadijah tidak ingin melepaskan nabi Muhammad.
Setelah nabi Muhammad menjualkan barang dagangan Siti Khadijah beberapa kali dan mendapatkan laba yang tidak sedikit, maka beliaupun pulang ke rumah tuannya. Namun sesampainya disana datanglah lamaran dari pihak Siti Khadijah. Semula nabi Muhammad belum memastikan dan ingin meminta tempo beberapa hari lagi guna membicarakannya dengan Abu Thalib pamannya.

Abu Thalib yang mendengar ucapan nabi Muhammad menyatakan setuju sebab menurut pandangannya Siti Khadijah adalah perempuan yang alim. Tidak pernah main-main ke tetangga. Setelah diadakan musyawarah maka hari perkawinannya pun ditentukan. Ketika itu nabi Muhammad sudah berusia 25 tahun dan siti Khadijah berusia 40 tahun.

Rabu, 03 Agustus 2016

Nabi Muhammad Menyaksikan Perang Fijar


Peperangan ini terjadi di daerah suci dan pada bulan suci yakni bulan Dzul Qa'idah. Perang ini disaksikan nabi Muhammad ketika berusia 15 tahun. Dinamakan perang Fijar sebab terjadinya pada tempat dan bulan suci.

Pihak-pihak yang bersengketa ialah suku Guraisy bergabung dengan Kainanah melawan suku Qais 'Ailan. Nabi Muhammad yang mengetahui terjadinya perang ini tidak tinggal diam. Beliau membantu pamannya dengan memberikan keperluan perang.

Setelah banyak memakan korban dari kedua belah pihak, akhirnya mereka mengadakan perdamaian. Sebab pada bulan suci itu tidak dibenarkan untuk saling membunuh. Ini salah satu tradisi bangsa Arab.
Ketika perjanjian itu dilaksanakan hadir pula nabi Muhammad dan pamannya, Abu Thalib. Beliau meriwayatkan perdamaian itu pada sahabat-sahabatnya ketika sudah menjadi rasul. Sabdanya:

" Aku telah menghadiri perjanjian damai bersama orang banyak di rumah Abdullah bin Ju'adan. Aku sangat menyenangi hal itu, sama halnya aku menyenangi onta merah. Jika aku diajak berunding dalam Islam niscaya aku menerima".

Kisah Nabi Muhammad - Bertemu dengan Pendeta Nasrani


Setelah kematian kakeknya, maka beliau diasuh oleh Abu Thalib pamannya. Abu Thalib mempunyai pekerjaan berdagang. Dengan demikian nabi Muhammad juga ikut menjual barang-barang dagangan pamannya. Mereka menjual barang-barangnya di kota Syam.

Ada pengalaman yang tak dilupakan oleh pamannya ketika mengajarkan Muhammad berniaga. Ketika itu terik matahari menyengat kulit, namun ada sekelompok mendung yang menaungi nabi Muhammad. Kemana nabi Muhammad melangkah maka mendung itu tetap di atas kepalanya. Melihat hal ini Abu Thalib menjadi lebih senang pada beliau. Abu Thalib berkeyakinan bahwa Muhammad adalah seorang anak yang mempunyai kelebihan.

Ketika mereka berjualan di kota Busro, bertemulah ia dengan seorang pendeta Nasrani yang alim. Pendeta ini mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Artinya ia dapat melihat hal-hal kenabian yang ada pada diri Muhammad.

" Hai Abu Thalib, cepatlah kalian pulang. Sebab aku melihat tanda-tanda kenabian pada diri anakmu Muhammad, "kata pendeta itu dengan sungguh-sungguh. la memandang nabi Muhammad dengan tidak berkedip sedikitpun. Pendeta itu merasa khawatir akan keselamatan nabi Muhammad jika sampai berjumpa dengan kaum Yahudi. Mereka pasti membinasakannya. Untuk itulah nabi Muhammad diajak pulang kembali ke Makkah dan disuruh menggembala kambing milik keluarganya. Abu Thalib percaya dengan ucapan pendeta "Buhairah".

Ketika beliau diajak berniaga dengan pamannya berumur 12 tahun. Dan jualannya selalu laris sehingga mereka tidak perlu lama-lama menjual barang dagangannya. Hal ini disebabkan oleh kejujuran nabi Muhammad dalam menawarkan barang dagangannya

Senin, 01 Agustus 2016

Kisah Nabi Muhammad saw - Kelahiran Nabi Muhammad

Nabi Muhammad adalah nabi akhir zaman sebab sesudah beliau sudah tidak ada lagi orang yang ditunjuk Allah sebagai nabi. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab.
 
Di saat umat dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya, maka Allah menurunkan seorang nabi yang akan menjadi panutan semua insan.

Nabi Muhammad lahir bersamaan dengan serbuan tentara Abraham yang menggunakan gajah sebagai tungganggannya. Sehingga tahun kelahiran nabi Muhammad disebut dengan tahun Gajah. Beliau lahir tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun gajah atau 20 April tahun 571 M.

Dinamakan tahun gajah bersamaan dengan lahirnya nabi Muhammad karena Ka'bah yang telah dibangun nabi Ibrahim dan putranya hendak diratakan dengan tanah oleh pasukan Abraham. Mereka mengendarai gajah sebab tenaganya sangat kuat.

Abraham adalah gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintahkan negeri Yaman. Mereka bermaksud. menghancurkan Ka'bah karena beranggapan tempat itu menjadi pusat perhatian umat seluruh dunia. Namun maksud tidak pernah tercapai sebab Allah menghancurkan pasukan Abraha dengan mengirimkan burung Ababil. Burung ini melempari pasukan Abraha dengan batu yang menyala-nyala sehingga tiada satupun yang hidup. Begitulah Allah menjaga Ka'bah dari kehancuran yang disebabkan oleh tangan-tangan jahil.

Ketika nabi Muhammad lahir ia sudah tidak mempunyai ayah lagi sebab meninggal ketika dirinya masih berada dalam kandungan. Sehingga beliau menjadi anak yatim Meskipun demikian beliau sangat disayangi kakeknya Abdul Muthalib.

Sudah menjadi tradisi bagi orang-orang Mekkah jika mempunyai anak, maka orang tuanya akan mencarikan penggantinya (ibu susuan). Kebetulan waktu itu ada seorang perempuan dari dusun yang menawarkan jasanya untuk memelihara nabi Muhammad. Setelah semua keluarga menyetujui akhimya nabi Muhammad dibawa pulang perempuan itu. Ibu susuan nabi Muhammad yang memeliharanya dari bayi hingga berumur empat tahun itu ialah Halimatus Sa'diyah.

Selama dipelihara
oleh Halimatus Sa'diyah nabi Muhammad tumbuh dengan cepat. Selama dua tahun beliau sudah dapat berbicara. Ada hal lain yang menggembirakan hati Halimatus Sa'diyah ketika merawat nabi Muhammad, sebab semua kebutuhan tercukupi. Ternaknya menjadi banyak dan sawah ladangnya sangat subur.

Menurut perjanjian yang telah disepakati bersama antara Halimatus Sa'diyah dengan keluarga nabi Muhammad dalam pemeliharaannya hanyalah dua tahun. Namun setelah ibu susuannya mengetahui bahwa nabi Muhammad membawa berkah dalam kehidupannya, maka ia meminta lagi selama dua tahun. Dengan demikian nabi Muhammad dipelihara oleh Halimatus Sa'diyah selama empat tahun.

Kisah Nabi Muhammad saw - Cobaan Nabi disaat kecil


Ketika nabi Muhammad menginjak usianya yang kelima tahun, maka Halimatus Sa'diyah mengantarkan pada orang tua beliau. Setahun kemudian nabi Muhammad diajak ibunya (Aminah) ke Madinah dengan tujuan untuk memperkenalkan pada keluarganya yang berada di sana. Tujuan lainnya ialah untuk berziarah ke makam ayahnya (Abdullah).

Setelah sebulan berada di Madinah, mereka kembali lagi ke Mekkah karena nabi Muhammad sudah mengetahui pusara ayahnya dan keluarganya.

Namun sebelum sampai tujuan, tepatnya di daerah Abwa' tiba-tiba ibunya sakit mendadak dan meninggal. Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati nabi Muhammad menerima ujian itu. Ibunya yang baru saja berkumpul dengan dirinya telah meninggalkan untuk selamanya. Jenazah ibunya dimakamkan di daerah itu juga.

Setelah selesai pemakaman beliau meneruskan perjalanan ke Mekkah. Nabi Muhammad menceritakan semua peristiwa yang dialaminya itu pada kakeknya. Akhirnya Abdul Muthalib yang bertanggung jawab memelihara dan mendidik beliau. Beliau dididik dengan ilmu agama sebagai bekal di hari tuanya kelak.
Abdul Muthalib termasuk orang yang disegani oleh kaum Guraisy. Dengan demikian nabi Muhammad juga ikut disegani oleh mereka. Nabi Muhammad mendapatkan kebahagiaan tersendiri ketika diasuh kakeknya, sebab beliau mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

Namun tidak lama kemudian kakeknya meninggal dunia. Ketika itu usia nabi Muhammad masih 8 tahun. Sungguh pedih hatinya, sebab tiada lagi orang yang dapat menolong, melindungi dan mengasihinya. Meskipun demikian nabi Muhammad tetap tabah menghadapi cobaan yang beruntun itu.

Kematian kakeknya bukan hanya dirasakan oleh nabi Muhammad, namun seluruh penduduk Mekkah merasa kehilangan. Sebab beliau adalah orang yang berjiwa bijaksana dan merupakan pemimpin yang arif.
Setelah kematian kakeknya, nabi Muhammad diasuh oleh pamannya yakni Abu Thalib. Hal ini disebabkan pamannya sudah mendapat wasiat dari kakeknya untuk memelihara nabi Muhammad sepeninggalnya.

Selama ikut kakek dan pamannya, nabi Muhammad memperlihatkan perbuatannya yang terpuji. Beliau tidak pernah berbohong dan tidak pernah melakukan perbuatan yang menjurus kemaksiatan. Beliau juga ringan tangan.