Selasa, 03 Mei 2016

Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha

Kisah Nabi Yusuf dan ZulaikhaAllah Yang Maha kuasa menguatkan Nabi Yusuf as di muka bumi. Setelah dibuang disumur dan dijual di pasar ia kemudian tinggal di rumah seorang pria yang berkuasa dan Allah SWT akan mengajarinya takwil mimpi. Hari demi hari berlalu. Nabi Yusuf as pun semakin tumbuh menjadi dewasa.  Nabi Yusus as oleh Allah diberi kemampuan untuk mengendalikan suatu masalah dan ia diberi pengetahuan tentang kehidupan dan peristiwa peristiwanya. Ia juga diberi kemampuan berdialog yang dapat menarik simpati orang yang mendengarnya. Nabi Yusuf as diberi kemuliaan sehingga ia menjadi pribadi yang agung dan tak tertandingi.  Tuannya mengetahui bahwa Allah SWT memuliakannya dengan mengiim Nabi Yusuf as padanya. Ia mengetahui bahwa Nabi Yusuf memiliki kejujuran, kemuliaan, dan istiqamah (keteguhan) lebih dari siapaun yang  pernah ia temui dalam selama hidupnya. 

Sementara itu, Zulaikha atau isteri  Al-Azis selalu mengaawasi Nabi Yusuf as. Ia duduk disampingnya dan berbincang-bincang bersamanya. Ia mengamati kejernihan mata Nabi Yusuf as. Lalu ia bertanya kepadanya dan mendengarkan jawaban dan Nabi Yusuf as. Akhirnya, kekagumannya semakin bertambah pada Nabi Yusuf as.

Al Qur an tidak menyebut sedikit pun tentang berapa usia wanita itu dan berapa usia Yusuf. Kita dapat mengamati hal itu hanya dengan perkiraan. Ia menghadirkan Yusuf saat beliau masih kecil dari sumur. Dia adalah seorang isteri yang misalnya berusia dua puluh tiga tahun, lalu ia berusia tiga puluh enam, sementara Yusuf  berumur dua puluh lima tahun. Apakah peristiwa itu memang terjadi di usia ini? Boleh jadi memang demikian. Tidakan wanita itu dalam peristiwa itu dan peristiwa sesudahnya menunjukkan bahwa ia wanira yang sudah matang dan cukup berani. Peristiwa yang diungkapkan oleh Al Qur an al kami ini merupakan puncak dari perisitwa peristiwa yang lalu.

Zulaikha jatuh cinta pada Nabi Yusuf
Zulaikah sang isteri Al Azis sangat mencintai Nabi Yusuf as. Ia merayunya dengan  terang terangan. Nabi Yusuf as yang telah terdiidik di istana seorang menteri besar di mesir dengan lingkungan yang mewah dan dikelilingi wanita yang cantik, di rayu oleh Zulaika dengan rayuan yang umumnya dilakukan oleh wanita pada laki-laki.

Meskipun telah dirayu oleh wanita yang sudah dirasuki nafsu, namun Nabi Yusuf as masih kuat ketaqwaannya. Sang wanita itu bosan karena sikap cuek dan tidak peduli Nabi Yusuf terhadapnya namun menganggap sikap Nabi Yusuf tersebut pura pura, atau menjaga image saja. Ia pun mengubah cara menggoda bukan lagi dengan bahasa isyarat, namun dengan menggoda yang lebih terang terangan. Wanita itu menutup semua pintu dan melupakan rasa malunya, kemudian ia mengunggapkan rasa cintanya Nabi Yusuf as.

 Nabi Yusuf as merupakan salah satu hamba Alla yang ikhlas, maka ia akan tersucikan dari berbagai dosa. Namun bukan berarti bahwa Nabi Yusuf as tidak memiliki nafsi sebagai seorang lelaki dan selain itu bahwa Nabi Yusuf bukan seperti malaikat yang tidak terpengaruh oleh rasa duniawi. Godaan dari wanita itu merupakan godaan yang cukup berat, namun beliu mampu untuk melawannya, karena jiwanya tidak cenderung pada nafsunya.  Kemuan atas izin Allah, jiwanya dibimbing dan ditenangkan karena ketakwaannya yang mampu melihat tanda-tanda kebenaran dari Tuhannya. Apalagi Nabi Yusuf as adalah putera Nabi Ya’qub as, seorang Nabi, Putera dari Ibhraim, yang merupakan kakek dari para Nabi dan kekasih Allah SWT.

Terjadilan pergelutan antara mereka berdua. Percakapan telah berubah dari basa lisan menuju bahasa tangan. Zulaikha  mengulurkan tangannya kepada Yusuf dan berusaha untuk memeluknya. Nabi Yusus as berputar dalam keadaan pucat wajahnya dan berlari menuju ke pintu. Lalu ia dikejar oleh wanita itu dan wanita itu menarik-narik pakaiannya. Keduanya sampai ke pintu. Namun tiba tiba itu terbuka, suaminya dan salah satu kerabatnya ada di muka pintu yang terbuka itu.

 Setelah melihat suaminya ada di hadapannya, ia segera menggunakan kelicikannya. Saat itu tampak jelas bahwa sedang terjadi pergelutan. Nabi Yusuf as tampak gemetar dengan penuh rasa malu dan butiran-butiran keringat mengalir dari keningnya. Sebelum suaminya membuka mulut untuk memulai pembicaraan, wanita yang sebelumnya merayu Nabi Yusuf as itu mendahului berbicara dengan melontarkan tuduhan kepada Nabi Yusuf as, seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :

 “Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata : “apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih” (Qs : 12 : 25)

 Wanita itu menuduh Nabi Yusuf as telah merayunya. Ia mengatakan bahwa Yusuf berusaha memperkosanya. Nabi Yusuf asmemandangi wanita itu dengan kepolosan dan kesabaran.  Sebenarnya Nabi Yusuf as berusaha menyembunyikan rahasia wanita itu namun ketika ia mulai menuduh Nabi Yusuf as terpaksa membela diri.

 Yusuf berkata : “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)” dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksian : “Jika baju gamis koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusata. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itu yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar” (Qs 12 : 26 – 27)

Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha – Kini giliran si suami menunjukkan reaksinya. Kami kira ia berkata : “Pelankanlah suara kalian berdua. Sesungguhnya di rumah ini terdapat banyak budak dan pembantu. Ini adalah masalah khusus”. Kepala menteri itu adalah seorang tua yang terkan tenang dan tidak gampang emosi. Kemudian kepala menteri itu duduk dan mulai mengusut kejadian itu. Ia bertanya kepada isterinya dan juga bertanya kepada Yusuf. Kemudian orang yang ada di dekat wanita itu berkata : “Sesungguhnya kunci persoalan ini terletak pada pakaian Yusuf. Jika pakaiannya robek dari depan, maka berati Yusuf memang ingin memperkosanya. Wanita itu akan merobek pakaian Yusuf untuk mempertahankan dirinya”

 Si suami berkata : “Lalu bagaimana jika pakaiannya robek dari belakang”. Seorang penengah dari keluargannya berkata : “Maka ini berarti wanita itu yang merayunya. Jadi kunci dari peristiwa ini ada pada pakaian Yusuf”. Akhirnya, pakaian itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Kemudian seorang penengah dari keluarga mengamati robek dari belakang. Selanjutnya, kepala menteri itu pun melihatnya dan ia juga menemui bahwa pakaian itu robek dari belakang. Sehingga secara langsung tuduhan itu malah berbalik kepada si isteri.

 Ketika sang suami memastikan penghianatan isterinya, ia tampak begitu tenang dan tidak menunjukkan emosi yang berlebihan seperti kebanyakan orang, bahkan ia tidak sampai berteriak dan tidak marah. Jabatan menteri yang disandangnya memaksa untuk bersikap penuh ketenangan dan kelembutan ketika menghadapi suatu persoalan.

 “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar”. Ia menegaskan bahwa tipu daya perempuan umumnya sangat besar (berbahaya).

 Kemudian ia menoleh pada Nabi Yusuf as, dan kemudian si suami merasa bahwa ia belum mengatatakan sesuatu pun kepada isterinya selain pertanyaan yang berhubungan dengan tipu daya kaum wanita secara umum. Ia ingin berkata kepada isterinya tentang sesuatu yang khusus. Ia berusaha untuk bersikap keras pada isterinya tetapi kekerasan itu berakhir dengan kelembutan yang terwujud dalam ucapannya :

 “(hai) Yusuf : “Berpalinglah dari masalah ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah”

 Setelah pernyataan yang pertama dan nasihat yang terakhir, si suami mengakhiri masalah tersebut, lalu Nabi Yusuf as pun pergi. Tuan rumah itu tidak meminta perincian peristiwa yang terjadi antara iserinya dan pemuda yang mengabdi kepadanya. Yang ia minta adalah agar pembicaraan itu ditutup sampai di sini saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar