Minggu, 29 Mei 2016

Kisah Nabi Yakub dan Malaikat Maut

Nabi Yakub adalah putra Nabi Ishak dan cucu Nabi Ibrahim. Ia dikenal juga dengan nama Isra'il, sehingga anak keturunannya disebut Bani Isra'il. Konon, Nabi Yakub bersaudara dengan Malaikat Maut.

Suatu hari, Malaikat Maut datang mengunjungi Nabi Yakub. Melihat kedatangan saudaranya itu, Nabi Yakub bertanya, "Wahai Malaikat Maut, engkau datang untuk mencabut nyawaku atau hanya sekedar berkunjung?"

"Aku datang hanya untuk berkunjung saja," jawab Malaikat Maut.

"Baiklah kalau begitu," kata Nabi Yakub. Dalam percakapan selanjutnya, Nabi Yakub bertanya pada Malaikat Maut, "Bolehkah aku memohon satu permintaan kepadamu?"

"Apa permintaanmu, wahai Nabi Allah?"

"Jika sudah tiba waktunya nanti, ketika engkau telah diutus untuk mencabut nyawaku, tolong berilah tanda kepadaku sebelumnya."

"Baiklah," jawab Malaikat Maut menyanggupi permintaan Nabi Yakub.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun berganti tahun. Malaikat Maut datang kembali dan bertemu Nabi Yakub. Seperti biasa, Nabi Yakub bertanya, "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?"

"Kali ini aku diutus untuk mencabut nyawamu."

"Bukankah engkau telah berjanji untuk memberi tanda sebelum saat ini terjadi?" kata Nabi Yakub.

"Benar, dan aku telah melakukan itu. Hanya saja kamu tak menyadarinya. Bukankah kemarin aku datang menjemput keponakanmu, sementara engkau berada di sana?" Ia kemudian melanjutkan, "Aku pun telah mengirim utusan kepadamu. Rambutmu yang dulu hitam kini telah memutih. Tubuhmu yang dulu kekar dan kuat kini melemah. Dulu kamu berjalan dengan tubuh tegak sekarang menjadi bungkuk. Tidakkah kau sadar, semua itu adalah utusanku pada anak Adam sebelum ajal menjemputnya

Jumat, 27 Mei 2016

Kisah Nabi Yakub as

Nabi yakub a.s adalah anak nabi ishaq a.s. Beliau diutus oleh allah swt untuk memimpin umatnya agar menyembah allah swt, tuhan yang esa dan tiada sekutu baginya. Menurut riwayat, nabi yakub diutus di desa nabulis, di negeri kan'an. Mata pencaharian nabi yakub a.s adalah bertani dan beternak. Beliau mempunyai dua orang istri yang bersaudara, Layya dan Rabil. Ketika itu belum ada larangan allah bahwa seorang laki-laki tidak diperkenankan beristrika dua wanita sekaligus, kecuali yang pertama telah meninggal dunia. 
Di dalam al-Qur'an allah swt berfirman : "(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang" (An-Nisa': 23).
Layya dan Rahil mempunyai dua orang sahaya, masing-masing bernama zulfah dan balhah. Kedua sahaya ini dikawini pula oleh nabi yakub a.s. Dari istri-istrinya itu, nabi yakub memperoleh dua belas anak laki-laki. Dari istrinya yang bernama layya, lahir Rabin, Syam'un, Lawi, Yahuza, Yaksir dan Zebulon. Dari istrinya yang bernama Rahil lahirlah Yusuf dan Bunyamin, Rahil meninggal ketika melahirkan Bunyamin. Dari kedua istrinya yang lain, zulfah dan balhah, lahir masing-masing dua anak laki-laki. Keluarga nabi yakub as tersebut dinamakan Al-Asbath, artinya kabilah bani israil, Karena mereka memiliki anak yang banyak.

Perang Melawan Raja Saljam
Di negeri nabi yakub a.s ketika itu, yang berkuasa adalah seorang raja yang bernama saljam, yang amat zalim terhadap rakyatnya. Maka terjadilah perang antara keluarga yakub dengan taja saljam. Nabi yakub a.s menyerahkan pimpinan pasukan dari pihak keluarganya kepada putranya, Syam'un, yang gagah perkasa. Dengan keberaniannya akhirnya syam'un berhasil mengalahkan raja saljam, berkat doanya kepada allah swt.
Kemudian masuklah nabi a.s beserta putra-putranya ke dalam benteng pertahanan musuh yang telah hancur itu, lalu diperangilah raja saljam yang sombong itu sehingga kalah dan hartanya dijadikan harta rampasan perang (ghanimah).
Nabi yakub a.s Hijrah ke Palestina
Setelah itu nabi yakub a.s berhijrah ke palestina untuk menemui pamannya yang bernama laban. Ketika itu, beliau melakukan perjalanan hanya pada malam hari dan beristirahat pada siang hari. Karena perbuatannya itulah kaum yakub kemudian dinamakan bani israil yang artinya berjalan di malam hari.
Nabi Yakub Menerima Wahyu
Di dalam perjalanan hijrahnya ke palestina, nabi yakub tertidur di atas batu, kemudian bermimpi. Di dalam mimpinya itulah beliau mendapatkan wahyu dari allah swt sebagai berikut: "Aku adalah allah, tiada tuhan melainkan aku. Akulah tuhanmu dan tuhan bapak-bapakmu. Aku telah mewariskan bumi yang suci (baitul maqdis) ini untukmu dan keturunanmu, aku berikan berkat kepadanya dan aku beri engkau kitab dan pelajaran serta hikmah dan kenabian".

Nabi Yakub Wafat Di Mesir
Nabi yakub a.s pada masa tuanya, hidup bersama anaknya yang bernama yusuf di negeri mesir. Ketika itu, yusuf menjadi pembesar di negeri itu. Akhirnya, nabi yakub a.s meninggal dunia di mesir dalam usia 147 tahun, dari beliaulah keturunan bani israil tersebar di mesir, yang kelak diperbudak oleh raja Fir'aun, dan dibebaskan kembali oleh nabi musa a.s.
Wasiat Nabi Yakub Kepada Anak-Anaknya
Ketika ajalnya telah mendekat, nabi yakub a.s sempat berwasiat kepda anak-anaknya. Di dalam Al-Qur'an allah swt telah menerangkan hal ini dengan firmannya :
"Adakah kamu hadir ketika yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu, ibrahim, ismail, dan ishaq yaitu tuhan yang maha esa, dan kamu hanya tunduk patuh kepadanya" (Al-Baqarah: 133).
Kesimpulan dan Hikmah Kisah Nabi Yakub :

  1. Nabi yakub a.s adalah anak nabi ishaq a.s, anak nabi ibrahim a.s. beliau diutus oleh allah swt ke negeri kan'an untuk menyeru manusia agar menyembah allah yang maha esa, tiada sekutu baginya.
  2. Nabi yakub mempunyai banyak keturunan yang disebut al-Asbath, artinya kabilah bani israil. Keturunan beliau adalah orang-orang yang baik baik dan beriman kepada allah swt.
  3. Ketiaka usianya telah tua, nabi yakub berpindah ke negeri mesir, mengikuti putranya bernama yusuf yang ketika itu menjadi pembesar di sana.
  4. Sebelum ajalnya, nabi yakub sempat berwasiat kepada anak-anaknya, agar mereka tetap memegang agama allah swt.

Kisah Nabi Ishaq as

Perkawinan nabi Ibrahim dengan Siti Hajar mempunyai seorang putra bernama Ismail. Dengan isteri pertama yaitu Siti Sarah juga mendapatkan keturunan seorang nabi. Nabi dari isteri pertama ini adalah Ishaq.
Kelak nabi Ishaq juga menurunkan nabi-nabi dan pemimpin sebagaimana janji Allah kepada nabi Ibrahim. Dalam bahasa Ibrani, Ishaq bernama Yashak yang berarti Yadhak. Diistilahkan demikian karena ibunya tertawa ketika mendengar khabar gembira dari malaikat yaitu hamil dimasa tua.

Tidak heran jika nabi.lbrahim mendapat predikat bapak para nabi sebab dari bangsa Isra'il dan bangsa Arab semuanya keturunannya. Nabi yang memimpin bangsa Isra'il dan bangsa Arab adalah keturunan nabi Ibrahim hingga nabi besar akhir zaman yaitu Muhammad SAW.

Nabi Ishaq menurunkan nabi dan pemimpin pada bangsa Isra'il sedangkan nabi Ismail menurunkan nabi dan pemimpin bangsa Arab.

Seperti halnya nabi-nabi lainnya, maka nabi Ishaq pun diperintahkan untuk mengajarkan cara-cara shalat, puasa, zakat dan haji serta meninggalkan perbuatan maksiat pada kaumnya.

Kenabian Ishaq telah diterangkan dalam Al Qur'an surat An Nisaa ayat 163 yang berbunyi:

Surat An Nisa' ayat 163

Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang kemudian. Dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'kub, dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (An Nisa': 163)

Maksud ayat di atas ialah ketika Allah berfirman kepada nabi Muhammad bahwa sebelum beliau, telah diturunkan pula wahyu kepada nabi-nabi tersebut. Dengan demikian kenabian Ishaq tidak dapat diragukan kebenarannya.

1. Sarah Mendapat Khabar Gembira
Sebelum kita melanjutkan kisah nabi Ishaq ada baiknya dimulai dengan nabi Ibrahim yang kedatangan tamu ketika berada di Palestina.

Telah diterangkan pada kisah nabi Ibrahim bahwa beliau kedatangan tamu yang mengabarkan akan datang azab pada kaum nabi Luth sekaligus memberikan khabar gembira pada Sarah bahwa ia akan mempunyai keturunan.

Malam itu ketika mereka hendak tidur dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Nabi Ibrahim yang senang dengan kedatangan tamu akhirnya bangkit dan membukakan pintunya. Ternyata ada tamu tiga orang. Dengan segera beliau menyuruh istrinya untuk membuatkan perjamuan malam pada ketiga tamunya.
Sambil menunggu santapan yang dimasak oleh Sarah dihidangkan, nabi Ibrahim menanyakan keberadaan tamu itu. Katanya : "Jika boleh tahu, dari mana tuan-tuan ini dan hendak kemana sehingga kemalaman diperjalanan, "tanya nabi Ibrahim kepada tiga tamunya. Tamu-tamu yang menyerupai manusia dan sebenarnya malaikat itu menjawab : "Mohon maaf kekasih Allah jika saya mengganggu istirahat anda, "kata ketiga tamu itu. Nabi Ibrahim terenyuh hatinya karena ia disebut kekasih Allah. Dan segera mengetahui bahwa tamunya bukan orang jahat sebab sudah mengetahui keberadaannya.

" Kami senang kedatangan saudara-saudara. Namun saya ingin bertanya apakah ada keperluan hingga malam-malam begini saudara sudi ke rumah hamba ? "tanya nabi Ibrahim kepada tamunya. Namun sebelum tamu itu menjawab, Sarah sudah keluar dengan membawa hidangan, sehingga perbincangan mereka terhenti.
" Mari silahkan makan, saya minta maaf karena hidangan ini mungkin tidak sesuai dengan selera anda, "ajak nabi Ibrahim kemudian mengambil beberapa potong roti. Namun ketiga tamunya tidak mau memakan juga. Mereka hanya menganggukkan kepalanya saja ketika mendengar ajakan nabi Ibrahim.

Karena tamunya tidak mau memakan hidangan itu maka membuat cemas dalam hati nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tidak meneruskan makanan yang telah dipegangnya. la menatap ketiga tamunya dengan tidak berkedip sama sekali. Kemudian menanyakan lebih lanjut. Katanya : Mengapa tuan-tuan tidak memakan makanan yang yang telah dihidangkan. Apakah tidak sesuai dengan selera tuan, "tanyanya pada ketiga tamu yang sedari tadi memandangi nabi Ibrahim dengan kagum.

" Mohon maaf, kami telah menyusahkan kalian. Aku dan teman-temanku tidak mempunyai nafsu makan sama sekali, "kata seorang tamu yang mewakili keduanya. Kemudian mereka meneruskan ucapannya: "Kami adalah tiga malaikat yang diutus oleh Allah untuk mengabari kalian berdua, "katanya kemudian.

Kami akan mengabarkan kepadamu, bahwa isteri tuan akan mempunyai anak yang alim dan shaleh, "ujar mereka bertiga. Demi mendengar hal itu, Sarah yang dari tadi berada di balik pintu segera menghambur pada nabi Ibrahim.

" Benarkah aku akan mempunyai anak, sedangkan usia kami telah tua ? "tanya nabi Ibrahim yang bersamaan dengan isterinya kepada para malaikat itu. Mereka tidak percaya dengan khabar yang dibawa malaikat itu. Sebab mereka mengira tidak akan mempunyai keturunan lagi dikarenakan usianya yang sudah tua.

Namun ketiga malaikat itu meyakinkan dengan kata-kata : "Kami menyampaikan khabar gembira yang benar kepada kalian. Janganlah kalian termasuk orang-orang yang berputus.asa, "kata ketiga malaikat itu berusaha meyakinkan.

Perbincangan malaikat dengan nabi Ibrahim tentang isterinya yang akan hamil diabadikan dalam Al Qur'an surat Al Hijr ayat 52 sampai 56:

Surat Al Hijr ayat 52 sampai 56

Artinya:
Ketika mereka masuk ke tempatnya (rumah nabi Ibrahim) lalu mengucapkan Salam. Berkata Ibrahim : "Sesungguhnya kami merasa takut. (AlHijr: 52)
Mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi khabar gembira kepadamu dengan kelahiran seorang anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim. (Al Hijr: 53)
Berkata Ibrahim : "Apakah kamu memberi khabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu khabarkan ini ? (Al Hijr: 54)
Mereka menjawab : "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu termasuk dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa". (Al Hijr: 55)
Ibrahim berkata: 'Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang sesat". (Al Hijr: 56)

Mendengar berita itu, isterinya (Sarah) tertawa sebab pada usianya yang telah lanjut baru dikaruniai anak. Meskipun demikian ia bersyukur sebab doa yang dipanjatkan kepada Allah diterima.

Setelah mendengar khabar yang menggembirakan sekaligus menggelikan ini Siti Sarah lari ke dalam kamarnya dan tetap tertawa. Sedangkan nabi Ibrahim masih berbincang-bincang dengan para tamunya. ' .
Allah Maha Benar. Sebab tidak lama setelah kedatangan para malaikat itu Siti Sarah hamil. Dalam keadaan demikian ia tetap bersyukur dan tetap berdoa agar anak yang dikandungnya kelak mempunyai budi pekerti yang baik.

Sesuai janji Allah anak itu lahir dengan selamat dan menjadi panutan kaumnya. Sebab semua yang diperintahkan olehnya selalu diikuti oleh kaumnya.

Setelah lahir anak itu diberi nama Ishaq. Sebagian ulama menerangkan bahwa asal kata-kata Ishaq berarti tertawa. Ada pula yang mengatakan bahwa Ishaq itu berarti tersenyum, artinya semua orang yang diberi tahu oleh Siti Sarah akan kehamilannya sama tersenyum.

Dalam surat Hud juga telah dijelaskan mengenai khabar gembira yang dibawa malaikat pada Ibrahim, yang artinya :
" Ketika itu isteri Ibrahim (Siti Sarah) sedang berdiri, maka tertawalah ia ketika Allah memberi khabar gembira kepadanya, bahwa ia akan mempunyai seorang anak yakni Ishaq akan mempunyai keturunan bernama Ya'kub. Lalu Sarah berkata: "Hai kiranya sungguh mengherankan benar aku akan beranak padahal usiaku dan suamiku telah tua. Malaikat berkata: Adakah engkau melihat kekuasaan Allah ? Itulah rahmat dan karunia-Nya kepadamu dan ahli rumah tanggamu semua. Sesungguhnya Al­lah Maha Mulia Terpuji. (Hud: 71 - 73)

Allahpun berfirman dalam Al Qur'an surat Shood ayat 45 sampai 47 :

Surat Shood ayat 45 sampai 47

Artinya: Perhatikanlah riwayat hamba-hamba Kami, Ibrahim, Ishaq, dan Ya'kub. Semuanya mempunyai kekuatan-kekuatan yang hebat dan pemandangan luas. Kami mensucikan mereka dengan kesucian yaitu mengingat Kami dan kampung akherat. Sesungguhnya mereka itu, pada sisi Kami termasuk golongan orang-orang baik.

Sudah jelas bagi kita jika menilik firman di atas bahwa nabi Ibrahim dan semua keturunannya mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah. Sebab mereka tidak pernah melakukan perbuatan maksiat sedikitpun, Dan diterangkan pula bahwa nabi Ishaq mempunyai keturunan yang akan menjadi nabi dan pemimpin bangsa Israil.

Demikianlah kisah nabi Ishaq yang mempunyai kepribadian seperti ayahnya. Nabi Ishaq adalah nabi yang menunjukkan sifat ramah tamah pada kaumnya, sehingga tidak heran jika penduduk yang dipimpinnya segan padanya. Beliau wafat pada usia 170 tahun. Sedangkan ayahnya (nabi Ibrahim) wafat pada usia 175 tahun dan ibunya (Siti Sarah) wafat pada usia 127 tahun

Rabu, 25 Mei 2016

Kisah Nabi Luth as - Kisah Wa’ilah, Istri Nabi Luth yang Durhaka karena Harta

Nabi Luth diutus Allah kepada kaum Sodom, kaum yang berperangai lebih rendah dari binatang. Tidak ada satu kaum pun sebelum mereka yang memiliki keburukan moral seperti itu. Mereka adalah kaum yang ‘mempopulerkan’ perilaku homoseksual.

Nabi Luth memiliki istri bernama Wa’ilah. Semula ia adalah istri yang baik. Namun, ia terpengaruh oleh seorang wanita tua yang menawarkan kekayaan berupa emas dan perak. Syaratnya, Wa’ilah bersedia memberi tahu kaum laki-laki dari penduduk Sodom jika ada lelaki tampan yang bertamu ke rumahnya.  Rumah Nabi Luth memang sering didatangi oleh laki-laki dari kaum lain untuk bertamu. Di antara mereka ada yang masih remaja dan tampan.


Wa’ilah hidup dalam kebimbangan. Di satu sisi sebagai istri seorang yang mengaku rasul dan menentang perilaku seks menyimpang pada kaumnya, tetapi disisi lain ia ingin hidupnya lebih baik dalam ukuran materi. Rupanya nafsu duniawi lebih menguasai dirinya. Ia menerima tawaran wanita tua itu. Ia meminta putrinya untuk memberitahu masyarakat setiap kali ada lelaki tampan yang bertamu pada suaminya.

Sementara itu, da’wah Nabi Luth kepada kaumnya tidak menambah apa-apa kecuali perlawanan dan kesombongan. Mereka terus-menerus melakukan perbuatan keji. Suatu ketika Nabi Luth memohon pertolongan kepada Allah, seperti dikisahkan dalam Al Quran, “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (QS. Al Ankabut:30)

”Allah memeperkenankan doa Nabi Luth as , dan mengutus Jibril untuk membinasakan mereka. Jibril datang ke Negeri Sodom dengan menyerupai dua orang lelaki yang tampan. “Dia (Luth) merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangna mereka. Dan ia berkata: ‘Ini adalah hari yang sangat sulit’.” (QS. Hud:77)

Nabi Luth as merasa khawatir dengan kedatangan kedua tamunya karena tahu kebejatan moral kaumnya. Sementara bagi Wa’ilah ini adalah peluang untuk mendapatkan pundi-pundi emas. Maka ia mengutus putrinya lagi untuk memberitahukan kedatangan kedua pemuda tampan itu kepada kaumnya.

Keberingasan kaumnya itu memaksa Luth untuk segera membukakan pintu rumahnya. Luth menawarkan putri-putrinya kepada kaumnya, namun mereka tidak berminat sedikit pun kepada putri-putri Luth.

Tiba-tiba tamu itu berkata kepada Nabi Luth as: “Sesungguhnya kami adalah ututsan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak dapat mengganggu engkau.” Kemudian mereka berkata lagi: “Bukakan pintu dan tinggalkanlah kami bersama mereka!”

Nabi Luth pun membuka pintu rumahnya. Kaumnya menyerbu masuk dengan penuh kegilaan menuju ke arah tamu-tamu Nabi Luth as. Ketika itulah, Jibril menunjukkan kelebihannya, ia mengembangkan sayapnya dan memukul orang-orang durjana itu. Akhirnya mata mereka, tanpa kecuali buta seketika. Mereka berteriak kesakitan dan bingung mencari arah. Bertanyalah Nabi Luth as kepada malaikat Jibril: “Apakah kaumku akan dibinasakan saat ini juga?” Malaikat menjawab bahwa azab akan ditimpakan kepada kaumnya pada waktu Subuh nanti. Nabi Luth berpikir, bukankah waktu Subuh sudah dekat. Jibril memerintahkan Nabi Luth untuk pergi membawa keluarganya pada akhir malam nanti bersama keluarganya, kecuali istrinya, Wa’ilah. Karena istrinya telah membantu orang-orang berbuat kerusakan dan ia harus menerima akibatnya. Lalu turunlah azab atas diri Wa’ilah beserta semua kaum Luth sebagaimana difirmankan Allah dalam Al Quran:

“Maka, tatkala datang azab Kami, Kami balikkakn (kota itu), dan kami turunkan di atasnya hujan batu, (seperti) tanah liat dibakar bertubi-tubi. Diberi tanda dari Tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83)

Na’udzubillah min dzalik. Kisah Wa’ilah ini mengajarkan kepada kita bahwa janganlah kesulitan hidup membuat seorang istri bersekutu kepada kebatilan dan menentang perjuangan suaminya sendiri. Wa’ilah adalah istri durhaka yang telah terbujuk harta dunia dengan menggadaikan kehormatan dan perjuangan suaminya sendiri.

Senin, 23 Mei 2016

Kisah Nabi Luth as - Asal Mula Laut Mati

Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka)… (QS. Al Qamar, 54:33-34)

Wilayah Anatolia, dataran Mesopotamia, semenanjung Arabia dan benua Afrika telah menjadi saksi lahirnya beragam peradaban besar sejak dahulu kala. Sepanjang sejarah, Allah mengutus para Rasul untuk menyeru mereka mengikuti jalan-Nya. Kaum yang mengingkari para utusan tersebut, yang mencoba membunuh dan mengusir mereka, semuanya telah dihancurkan…

Salah satu peradaban ini ditemukan dalam wilayah batas negara Israel saat ini. Penduduk yang menetap di pesisir Laut Mati ini adalah kaum Luth. Al Qur’an mengabarkan bahwa hubungan kelamin sesama jenis sedemikian merajalela di kalangan mereka hingga belum pernah dijumpai hal serupa sebelumnya:

Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Asy Syu’araa’, 26:161-166)



Ketika Nabi Luth menyuruh mereka meninggalkan perilaku maksiat dan menyampaikan perintah Allah, mereka ingkar, dan menolaknya sebagai seorang Nabi dan melanjutkan perilaku menyimpang mereka. Sebagai balasannya, mereka dihancurkan dengan bencana mengenaskan.

Ketika membaca Perjanjian Lama, kitab suci umat Nasrani dan Yahudi, akan kita ketahui bahwa hal ini dilukiskan dengan istilah yang sama sebagaimana dalam Al Qur’an. Menurut Perjanjian Lama, tempat tinggal kaum berperilaku menyimpang ini adalah kota Sodom. Temuan purbakala hasil penggalian mengungkapkan, kota tersebut dibangun dekat Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania. Para arkeolog yang bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti telah tejadinya bencana mengerikan. Kerusakan parah pada rangka manusia yang berhasil digali menandakan telah terjadinya gempa bumi dahsyat.



Al Qur’an meriwayatkan bahwa malaikat datang kepada Nabi Luth dan memperingatkan hal ini di malam sebelum terjadinya bencana:

Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi; yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (QS. Huud, 11:81-83)

Ungkapan"Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah" dalam segala kemungkinannya bermakna daerah tersebut hancur oleh gempa bumi dashyat. Menurut siaran BBC berjudul " Ilmuwan MengungkapTamatnya Riwayat Kota Sodom ", geolog asal Inggris, Graham Harris, termasuk ilmuwan yang menemukan bukti meyakinkan tentang hal ini. Menurutnya, Sodom dibangun di pesisir Laut Mati dan penduduknya berdagang aspal yang tersedia di wilayah tersebut. Zat hitam lengket ini di masa lalu digunakan sebagai pelapis tahan air pada perahu dan perekat bebatuan pada bangunan.

Daerah pemukiman yang tepat di pesisir Laut Mati ini, juga berdiri di atas dataran yang mudah guncang. Ini adalah titik bertemunya 2 lempengan tektonik yang bergerak berlawanan arah. Ini adalah zona gempa bumi! Lapisan lahar dan batu basal yang ditemukan selama penggalian adalah bukti terkuat telah terjadinya letusan gunung berapi dan gempa bumi di sini. Peristiwa yang digambarkan Al Qur’an dengan kalimat "Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi" besar kemungkinannya sebagai letusan gunung berapi. Peristiwa tersebut dilukiskan oleh ayat yang sama dalam kalimat "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah" sangat mungkin merujuk pada pecahan dan penghancuran akibat gempa bumi.

Di bawah pesisir Laut Mati terdapat sejumlah besar timbunan kantung-kantung gas metana mudah terbakar. Gempa bumi pastilah telah mengguncangnya dan menjadikannya terbakar. Permukaan tanah lalu berubah menjadi pasir hanyut, dan longsor besar menenggelamkan kota tersebut ke dalam air.

Serangkaian percobaan ilmiah di Universitas Cambridge membenarkan teori ini. Para ilmuwan membangun tiruan tempat berdiamnya kaum Luth di laboratorium, dan mengguncangnya dengan gempa buatan. Sesuai perkiraan, dataran ini terbenam dan miniatur rumah tergelincir masuk dan
terkubur di dalamnya. Penemuan arkeologis dan percobaan ilmiah ini mengungkap satu kenyataan penting: kaum Luth yang disebutkan Al Qur’an memang pernah hidup di masa lalu, dan diazab oleh bencana kiriman Allah akibat penyimpangannya. Semua bukti terjadinya bencana itu kini telah terungkap, dan sesuai benar dengan pemaparan Al Qur’an.

Begitulah, Letusan Dahsyat membinasakan mereka saat fajar tiba:

Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (QS. Al Hijr, 15:73-75)

Sabtu, 21 Mei 2016

Kisah Nabi Luth as

Nabi Luth As merupakan keponakan Nabi Ibrahim as. Nabi Luth As diutus untuk kaum Sodom dan Gomorrah yang memiliki perilaku seks menyimpang

Allah SWT berfirman:

"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)

Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth As berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan hati yang keras dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.

Kaum Nabi Luth As melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama teman serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka ditambah dengan keja­hatan baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi kemanusiaan mereka dan daya kreatifitas yang ada dalam diri mereka. Yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di mana mereka berhubungan seks dengan sesama kaum pria (homo seks).

Allah SWT berfirman:

"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 54-55)

Nabi Luth As menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawaban dari kaumnya:

"Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)

Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahwa jiwa kaum Nabi Luth As benar-benar sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum pria cenderung kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh aneh ketika mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang harus disirnakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak obat dan memeranginya.

Tindakan kaum Nabi Luth As membuat hati beliau bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang asing atau seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah tamu-tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum pria." Mulailah perilaku mereka yang keji itu terkenal.

Nabi Luth As memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth As mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth As terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya. Istri Nabi Luth kafir seperti istri Nabi Nuh.

"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)

Jika rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth tersiksa, baik di luar rumah maupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth As dipenuhi dengan mata rantai penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan:

"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-arang yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)

Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-orang yang membuat kerusakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau.

Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak keheranan melihat kaum pria yang memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaum­nya), "Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju ayahnya.

"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu dengan nada gugup. Nabi Luth As berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth As melihat mereka, beliau merasakan keheranan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth As dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.

Nabi Luth As kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memberitahu mereka bahwa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di samping itu, mereka juga membuat kerusakan di muka bumi dan seringkali terjadi pertentangan di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu.

Nabi Luth As berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat mengherankan. Mereka tetap berjalan dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap bermalam di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. Karena rasa takutnya dan penderitaanya sehingga ia lupa untuk memberi mereka makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun istrinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT berfirman:

"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji." (QS. Hud: 77-78)

Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari istrinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth.

Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak berpikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama pria.

"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah putri-putri (negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)

"Inilah putri-putri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam bentuk kesucian jiwa dan fisik. Ketika kalian cen­derung kepada mereka, maka kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat." "Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahwa Allah SWT mendengar dan melihat serta akan murka dan menyiksa orang-orang yang durhaka. Seharusnya orang yang berakal sehat menghindari murka-Nya.

"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini adalah usaha gagal dari beliau yang mencoba menggugah kemuliaan dan tradisi mereka sebagai orang badui yang harus menghormati tamu, bukan malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai pikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri." Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan pikiran yang bodoh:

"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)

Demikianlah tampak dengan jelas bahwa kebenaran tersembunyi di balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya. Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan karena dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang buruk pada perbuatan yang buruk.

Nabi Luth As merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth merasakan keheranan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rusak dan lemah, lalu Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal:

"Luth berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).'" (QS. Hud: 80)

Nabi Luth As berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang kuat yang dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi.

Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth. Ia berlindung pada benteng yang kokoh." Ketika penderitaan mencapai puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka memberitahunya bahwa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang kuat:

"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)

Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka mengira bahwa mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." (QS. al-Qamar: 37-38)

Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth As dan memerintahkan kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung. Siksa apa ini? Ini adalah siksa dari bentuk yang aneh. Para malaikat memberitahunya bahwa istrinya termasuk orang-orang yang menentangnya. Istrinya adalah seorang kafir seperti mereka, sehingga jika turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya.

Keluarlah wahai Luth karena keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi Luth bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan turun azab kepada mereka?" Para malaikat memberitahunya bahwa mereka akan terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?

Allah berfirman SWT:

"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali istrimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)

Nabi Luth As keluar bersama anak-anak perempuannya dan istrinya. Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah perintah Allah SWT:

"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)

Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu-batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota-kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar suara-suara yang mengerikan. Istrinya melihat sumber suara dan dia pun musnah."

Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:

"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yangpedih. " (QS. adz-Dzariyat: 35-37)

"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak dijalan yang masih tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)

"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (behas-bekas) mereka di waktu pagi, dan diwaktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)

Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata: "Bahwa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini mengisyaratkan bahwa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth menyerupai butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan bahwa danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina adalah kota-kota kaum Nabi Luth."

Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. Beliau heran ketika mendengar bahwa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya. Nabi Luth As terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah SWT seperti Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap menyebarkan Islam di muka bumi.

Kamis, 19 Mei 2016

Kisah Dua Istri Nabi Ismail as

Pada suatu ketika, Nabi Ibrahim as datang ke Makkah untuk mengunjungi anaknya ,yaitu Nabi Ismail as. Akan tetapi Nabi Ismail as saat itu sedang tidak berada di rumah. Ia sedang pergi berburu. Nabi Ibrahim as menemui istri Nabi Ismail as dan bertanya kemana suaminya dan apa pekerjaannya.

Maka istri Nabi Ismail as menceritakan bahwa suaminya pergi berburu dan kehidupan mereka sangat sulit. Maka Nabi Ibrahim as berkata kepadanya, “Apabila suamimu datang sampaikan salam dariku, dan katakan agar ia mengganti palang pintu rumahnya.”

Kemudian Nabi Ibrahim as segera pulang. Tatkala Nabi Ismail as telah datang, ia seakan-akan merasakan sesuatu. Maka ia bertanya kepada istrinya.

Istrinya lalu bercerita, “Tadi ada seorang yang tua datang yang sifatnya demikian (ia menyebutkan sifat-sifat Nabi Ibrahim as). Ia bertanya tentang engkau dan aku kabarkan padanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita dan aku kabarkan sesungguhnya kita dalam kesulitan. Dia titip salam untukmu dan mengatakan agar engkau mengganti palang pintu rumahmu.”

Maka Nabi Ismail as pun berkata, “Dia adalah ayahku, dan engkaulah yang dimaksud dengan palang pintu itu. Kembalilah engkau kepada orangtuamu!” (Nabi Ismail as menceraikan istrinya). Kemudian Nabi Ismail as menikah lagi dengan wanita yang lain.

Setelah itu, Nabi Ibrahim as dating lagi pada waktu yang lain, dan Nabi Ismail as juga kebetulan sedang pergi berburu. Maka Nabi Ibrahim as menemui istri Nabi Ismail as dan bertanya tentang Nabi Ismail as.
Nabi Ibrahim as menanyakan tentang kehidupan mereka, istri Nabi Ismail as menceritakan bahwa kehidupan penuh dengan nikmat dan kebaikan.

Istri Nabi Ismail as tersebut adalah seorang wanita yang baik, yang bersyukur kepada Allah SWT dan juga kepada suaminya.

Kemudian Nabi Ibrahim as berkata kepadanya, “Jika suamimu datang sampaikan salam kepadanya, dan katakan kepadanya agar ia mengokohkan palang pintu rumahnya.”

Setelah itu, Nabi Ibrahim as segera pulang sebelum bertemu dengan Nabi Ismail as.
Maka tatkala Nabi Ismail as pulang, ia bertanya kepada istrinya, “Apakah tadi ada yang mengunjungimu?” Istrinya menjawab, “Tadi datang kepadaku seorang tua yang keadaannya demikian…”

Nabi Ismail as bertanya, ”Apakah ada sesuatu yang ia katakan kepadamu?” Istrinya menjawab, “Dia bertanya kapadaku tentang dirimu, dan aku pun menceritakannya. Dan ia bertanya pula tentang kehidupan kita, maka aku sampaikan bahwa kita berada dalam kenikmatan, dan aku mengucapkan syukur memuji Allah SWT.” Nabi Ismail as bertanya lagi, ”Kemudian apalagi yang ia katakan?” Istrinya menjawab, “Ia menitipkan salam untukmu, dan memerintahkanmu untuk mengokohkan palang pintu rumahmu.”

Nabi Ismail as lantas berkata, “Dia adalah ayahku, dan engkau adalah palang pintu itu, ia memerintahkan aku agar tetap menjadikanmu (sebagai istri).”

(Sumber : Al Majmu’atul Kaamilah lil muallafat juz 8 hal. 349-350, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy)

Faidah dari kisah ini :
Banyak berkeluh kesah pada manusia adalah perbuatan tercela
Jangan suka menceritakan aib keluarga apalagi terhadap orang yang baru dikenal
Bersyukur kepada Allah SWT, juga bersyukur kepada manusia adalah akhlak yang terpuji
Termasuk sifat istri sholihah adalah bersyukur kepada Allah SWT kemudian bersyukur kepada suami

Selasa, 17 Mei 2016

Kisah Nabi Ismail - Asal Mula Air Zam - Zam

Siti hajar begitu cemas dan sedih ketika Nabi ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang begit sunyi senyap, tidak ada orang sama sekali, keculi hanya pasir dan batu. Seraya merintih dan meninangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi ibrahim as sambil memohon belas kasihannya, meminta agar ia tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa, tdak ada seorang manusia sama sekali, tidak ada binatang, tidak ada pohon dan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu. Semenara itu ia masih bertanggung jawab untuk mengasuh anak kecil yang masih menyusu kepadanya. Mendengar keluh kesah siti hajar, tentunya Nabi ibrahim as merasa tidak tega untuk meninggalknya ia sendiri bersama putranya yang ia sayangi tersebut di tempat yang sepi. Namun ia juga sadar bahwa apa yang dilakukannya merupakan kinginan dan perintah Allah yang maha pencipta, yang tentunya mengandung hikmah yang belum diketahuinya dan ia sadar bahwa Allah yang maha kuasa akan melindungi putra dan siti hajar di tempat sepi tersebut dari kesukaran dan penderitaaan.
Nabi ibrahim as pun berkata kepada siti hajar : ”Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan dialah yang akan melindungi kamu dan menyertai kamu di tempat yang sunyi ini. Sungguh kalau bukan perintah dan wahyu-Nya, tidak sekaipun aku tega meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat aku cintai ini. Percayalah wahai hajar bahwa Allah yang Maha kuasa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindunga-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamnya. Insya-Allah”
Mendengar rangkaian kata dari Nabi ibrahim itu, siti hajar segera melepaskan genggamannya dari baju Nabi ibrahim as dan dilepaskannya beliau menunggang untanya untuk kembali ke palestina dengan iringan air mata yang bercurah membasahi tubuh Nabi Ismail as yang sedang menyusu.
Sementara itu Nabi ibrahim juga tidak dapat menahan air mata ketika ia turun dari dataran tinggi meningalkan mekah menuju kembali ke palestina, tempat dimana istri pertamanya, siti sarah dengan punya keduanya yaitu Nabi ishak as sedang menunggu. Selama dalam perjalanan, Nabi ibrahim tidak henti-hentinya memohon perlindungan, rahmat dan barokah serta karunia dan rezeki bagi putra dan siti hajar yang ditinggalkannya di mekah yang masih sepi dan asing itu. Doa Nabi ibrahim kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
“Ya Tuhan kamu, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturuanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”
Sejak Nabi ibrahim pergi, tinggalah siti hajar dan Ismail di tempat yang sunyi dan jauh dari peradapan itu. Ia harus bisa menerima nasib yang oleh Allah telah ditakdirkan kepadanya dengan kesabaran dan keyakinan penuh bahwa Allah akan melingunginya. Sementara itu bekal dan makanan yang dibawah dalam perjalan pada akhirnya habis juga setelah dimakan beberapa hari sejak ditinggal oleh Nabi Ibrahim as. Dimulailah beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ditambah lagi ia masih punya tangggung jawab menyusui Ismail, sedangkan susunya semakin lama semakin mengering karena kekurangan makanan.  Sehingga anaknya pu menangis tak henti hentinya karena tidak bisa menum air susu dengan puas dari Siti Hajar. Ibunya pun menjadi bingung, panis dan cemas mendengar anak yang disayanginya menangis menyayat hati. Siti hajar menoleh ke kanan dan ke kiri, berlaki ke kanan ke sana kesini untuk mencari sesuap makan atau seteguk air yang bisa meringankan kelaparan dan meredakan tangisan anaknya, namun usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil.
Lalu siti hajar pergi ke bukti safa, ia berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, namuan hanya batu dan pasir yang ditemuinya di sana, lalu dari bukit safa itu ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit marwah, kemudian berlarilah ia ke bukti marwah, namun setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan atau fatamorgana belaka. Lalu ia mendengar seolah-olah ada suara yang memanggilnya dari bukti safa, pergilah ia ke bukit safa, namun setelah sampai di bukit safa ia tidak menjupai apa-apa.

Cerita Asal usul air zamzam

Siti hajar memiliki keinginan yang kuat untuk tetap hidup bersama putra yang disayanginya, Siti hajar pun berlari mondari-mandir sebanyak tujuh kali antara bukit safa dan marwah, yang pada akhirnya ia duduk termenung, kepalanya merasa pusing dan hampir saja ia putus asa.
 cerita nabi ismail asDiriwayathkan bahwa saat itu ibu dari Ismail ini berada alam keadaan yang tidak berdaya dan hampir putus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah malaikat jibril kepadanya, lalu malaikat jibril itu bertanya kepada Siti Hajar : “siapakah sebenarnya engkau ini?” Kemudian siti hajar menjawab : “Aku adalah hamba sahaya ibrahim”. Jibril bertanya lagi :” Kepada siapa engkai dititipkan di sini?”, Siti hajar menjawab : “Hanya kepada Allah.

Lalu malaikat jibril berkata lagi : “Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat yang maha pemurah dan maha pengasih, yang akan melingungimu, mencukupkan keperluan hidupmu dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya”
Setelah percakapan itu, diajaklah siti hajar pergi ke suatu tempat mengikutinya di suatu tempat dimana malaikat jibril menginjakkan telapak kakinya kuat kuat di atas tanah dan atas izin Allah segeralah keluar dari bekas telapak kaki itu air yang begitu jernih, Itu merupakan mata iar zam-zam yang sampai saat ini dianggap keramat oleh jemaah haji. Mereka rela berdesak-desakan mengelilinya untuk mendapatkan setitik atau seteguk air. Karena sejarahnya mata air itu dengan nama “Injakan jibril”
Dalam kesejap, air bekas injakan kaki jibril tersebut melimpah kemana-mana, kemudian malaikat jibri berkata : “zamzam!”, yang artinya “berkumpullah:. Kemudian air itu berkumpul dan sampai sekarang air itu diberinama zam-zam. Kemudian malaikat jibril berkata lagi : “Hai siti hajar janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini. Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantin Ibrahim akan kembali juga ke di sini untuk mendirikan ka’bah”
Melihat air yang deras itu  Siti hajar begitu gembira dan lega. Lalu segeralah ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan wajah puteranya pun segera terlihat segar lagi, begitu juga dengan siti gahar,  wajahnya terasa segar  dan ia merasa sangat bahagia dengan hadirnya mukzijat dari Allah yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan juga kepada putranya setelah sebelumnya dibayang-bayangi oleh kematian karena kelaparan.
 Dengan dikeluarkannya air zazam itu, datanglah burung-burung mengelilingi daerah yang ada airnya tersebut. Burung-burung kemudian menarik perhatian sekelompok bangsa arab dari suku juhrum yang merntau dan sedang berkemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa dia mana ada terlihat burung di udara, maka di bawahnya juga terdapat air, maka mereka mengutus beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu kemudian pengri mendatangi tempat dimana siti hajar berada, kemudian mereka kembali kepada kaumnya dengan membawa kabar gembira mengenai adanya mata air zamzam dan juga keadaan siti hajar bersama puteranya. Sejak itu, segeralah sekelompok suku juhtum itu memindahkan perkemahannya ke tempat sekitar zamzam, tentu saja kedatangan suku juhrum tersebut disambut dengan gembira oleh siti hajar karena dengan hadirnya sekolompok suku juhrum itu bisa menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirsakan oleh siti hajar yang hanya hidup berdua dengan Ismail saja.  Siti hajar bersyukur kepada Allah yang maha pengasih dan penyayang, dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu untuk datang meramaikan dan memecah kesunyian.

Minggu, 15 Mei 2016

Kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as

Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.

Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."

Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.

Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.

Kisah Nabi Saleh Dan Kaum Tsamud

Seperti halnya kaum ‘Ad, kaum Tsamud juga merupakan keturunan dari Sam bin Nuh. Kaum ‘Ad menetap di wilayah Ahqaf, sedangkan kaum Tsamud tinggal di wilayah yang bernama Al-Hijr. Wilayah Al-Hijr terletak di pesisir laut Merah. Wilayah Al-Hijr merupakan wilayah yang memiliki sumber air yang banyak.


Kaum Tsamud menetap di sana yang tanahnya subur. Keadaan alam wilayah ini mendukung bagi kaum Tsamud untuk memulai kehidupan baru. Kaum Tsamud memahat gunung untuk digunakan sebagai tempat tinggal mereka juga menanam pohon-pohon dan mendapatkan hasil panen yang sangat banyak. Dengan demikian, mereka hidup senang dan penuh dengan kemewahan. Kesenangan dan kenikmatan memungkinkan setan untuk menyesatkan mereka. Melalui kesenangan itu, setan membuat kaum ‘Ad ataupun manusia pada umumnya menjadi lupa kepada Allah. Lama-kelamaan, mereka mengingkari bahwa nikmat itu dari Allah Ta’ala. Akhirnya, mereka benar-benar tersesat dengan menyembah selain Allah. Mereka tidak hanya menyembah berhala, tetapi mereka juga suka berbuat kerusakan dan bersifat bengis.

Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud

Kaum Tsamud melakukan perbuatan syirik dengan menyembah berhala. Oleh karena itu, Allah swt mengutus orang yang berasal dari kaum Tsamud untuk mengajarkan kebenaran dan jalan yang lurus. Dia adalah Nabi Saleh yang memiliki akhlak yang baik. Allah memerintahkan Nabi Saleh untuk mengajak kaum Tsamud untuk menyembah Allah semata. Nabi Saleh berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu  dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya. Oleh karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)” (QS. Hud : 61). Kaum Tsamud menolak seruan Nabi Saleh. Mereka meragukan kenabian dan kerasulan Nabi Saleh. Nabi Saleh berusaha terus berdakwah agar kaumnya mengikuti ajaran-Nya.

Pada suatu ketika, kaum Tsamud berkumpul di suatu tempat. Mereka membicarakan tentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Saleh. Hasil pembicaraan mereka ialah meminta Nabi Saleh membuktikan kenabiannya. Ketika itu, kaum Tsamud meminta Nabi Saleh menunjukkan mukjizatnya dengan cara mengeluarkan seekor unta betina dari batu besar. Mereka mengira Nabi Saleh tidak akan mampu memenuhi permintaan mereka. Mereka tidak menyadari bahwa Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Nabi Saleh bersedia memenuhi permintaan mereka dengan suatu syarat. Jika Nabi Saleh mampu memenuhinya, kaum Tsamud harus menerima ajaran Nabi Saleh. Kaum Tsamud pun menyanggupinya. Setelah itu, Nabi Saleh berdoa. Batu besar itu pun retak dan terbelah. Dari batu yang terbelah, keluarlah seekor unta betina sesuai dengan permintaan kaum Tsamud. Kaum Tsamud terkejut dengan kejadian tersebut. Seketika mereka terdiam, kemudian mereka terbagi menjadi dua. Sebagian dari mereka mau mengakui kenabian Nabi Saleh. Namun, sebagian besar yang lain tidak mengakuinya. Kaum Tsamud mengingkari janji mereka, mereka tetap saja berada dalam kesesatan, padahal mereka telah melihat tanda-tanda kekuasaan Allah.

Unta Betina Nabi Saleh

Nabi Saleh meminta kaum Tsamud untuk memberikan air minum kepada unta di telaga mereka sehari penuh. Sementara itu, mereka mendapatkan giliran air minum pada hari berikutnya. Unta Nabi Saleh juga dapat memakan rumput di mana pun. Nabi Saleh memerintahkan kaum Tsamud untuk tidak mengganggu unta tersebut. Jika mereka mengganggunya, azab Allah akan menimpa mereka. Kaum Tsamud tidak menyadari bahwa unta itu sebenarnya adalah suatu ujian bagi mereka. Allah hendak menguji keimanan mereka kepada Allah. Dalam surat Al-Qamar ayat 27, Allah berfirman, “Sesungguhnya kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah”. Sebagian dari mereka mematuhi perintah Nabi Saleh, sebagian yang lain enggan mematuhinya. Pada suatu hari, mereka bersepakat untuk membunuh unta Nabi Saleh. Ada Sembilan orang yang bertanggung jawab dalam pembunuhan unta Nabi Saleh. Di antaranya adalah Qadar bin Salaf dan Mushra bin Muhraj. Mushra melempar lembing yang kemudian mengenai kaki unta. Unta pun terjatuh. Kemudian, Qadar menyembelih unta tersebut dengan menggunakan pedangnya. Kaum Tsamud bergembira dengan penyembelihan unta Nabi Saleh. Mereka sama sekali tidak mengkhawatirkan azab Allah. Mereka tidak percaya bahwa Allah akan mengazab mereka.

Azab Bagi Kaum Tsamud

Kaum Tsamud meragukan perkataan Nabi Saleh tentang datangnya azab Allah. Mereka justru menantang Nabi Saleh untuk mendatangkan Azab. “Wahai Saleh ! Datangkanlah azab yang telah kamu janjikan kepada kami sekiranya kamu benar-benar utusan Allah, kata kaum Tsamud”. Nabi Saleh sangat sedih membayangkan bencana yang akan menimpa kaumnya. Nabi Saleh berkata, “Bersukarialah kamu sekalian selama tiga hari sebelum azab menimpa kalian”. Pada hari kamis, Allah menghujani mereka dengan batu-batu. Wajah mereka berubah menjadi kekuningan. Pada saat itu, pengikut Nabi Saleh naik ke atas gunung untuk menghindari bencana. Pada saat seluruh pengikut Nabi saleh berada di puncak gunung, tiba-tiba gunung menjadi tinggi menyentuh awan. Burung pun tidak mampu terbang mencapai puncak gunung.

Pada hari jumat, wajah kaum Tsamud yang ingkar berubah menjadi merah. Mereka menganggap bahwa hari pertama dan hari kedua merupakan kematian bagi mereka. Oleh karena itu, pada hari ketiga mereka bersukaria. Mereka menganggap hari kematian mereka telah berlalu, padahal pada hari itu azab bagi mereka akan datang. Pada hari itu, wajah mereka telah berubah menjadi hitam. Kaum Tsamud masih menunggu azab yang dijanjikan. Tiba-tiba terdengar suara menggelegar yang sangat menakutkan dari langit. Suara itu disertai dengan gempa bumi yang kuat. Demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh Guntur itu. Mereka hancur lebur oleh Guntur itu dan tanpa bekas. Seakan-akan mereka tidak pernah ada. Tidak seorang pun yang selamat dari azab Allah kecuali yang beriman kepada-Nya.

Jumat, 13 Mei 2016

Kisah Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim adalah putra Aazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aabir bin Shalih bin Afrakhsyad bin Saam bin Nuh. Nabi Ibrahim dilahirkan disebuah tempat bernama Faddam A’ram yang termasuk wilayah kerajaan Babilon. Kerajaan Babilon pada waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan absolute yaitu Namrud. Ia seorang raja yang tidak mau lengser dan ingin berkuasa terus-menerus bahkan ingin hidup terus-menerus. Karena itu ia tak segan-segan untuk membodohi rakyatnya agar menyembah berhala. Bahkan ia juga memproklamirkan dirinya sebagai salah satu Tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Sehingga segala perintahnya tak ada yang berani membangkang.

Sebelum Nabi Ibrahim lahir, raja Namrud pernah bermimpi melihat seorang anak lelaki melompat masuk ke dalam kamarnya lalu merampas mahkota dan menghancurkannya. Esok harinya ia memanggil tukang ramal dan tukang tenung untuk menafsirkan mimpinya itu. Menurut tukang ramal, anak laki-laki dalam mimpi sang raja itu kelak akan meruntuhkan kekuasaan sang raja. Tentu saja raja namrud murka. Ia memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru saja lahir. Ketika Ibrahim lahir, kedua orang tuanya bersembunyi di dalam gua. Sejak bayi hingga menginjak remaja ia dibesarkan di dalam gua. Ia tidak pernah melihat dunia luar.
Ibrahim Mempergunakan Akalnya untuk berpikir
Rasa ingin tahu merasuki jiwa Ibrahim, selama ini ia hanya melihat bongkahan batu dan tanah di dalam gua. Ketika ibunya sedang pergi ke kota mencari makanan, ia pun mencoba keluar gua. Begitu menapakkan kakinya di luar gua, Ibrahim tercengang. Ia benar-benar takjub melihat alam yang sangat luas, gunung-gunung menjulang tinggi, langit biru terbentang luas, ombak laut berkejar-kejaran. Di siang hari ia melihat cerahnya mentari, di malam hari ia melihat sinar bulan yang menerangi malam.
Sejak kecil Nabi Ibrahim sudah mendapat petunjuk dari Tuhan, ia merasa heran melihat orang-orang yang menyembah patung padahal patung-patung itu tak bisa bicara, tak bisa melihat, tak bisa mendengar dan tak bisa memberikan pertolongan. Mengapa mereka menyembah benda mati ?” demikian pertanyaan yang timbul di benak Ibrahim. Jika ia bertemu dengan unta, kambing dan domba-domba selalu bergolak pertanyaan dalam hatinya, siapakah yang menciptakan semua itu ?
Ibrahim ingin mencari siapakah yang berkuasa atas semua ini, siapakah seharusnya yang pantas dijadikan Tuhan dan wajib disembah ? Ketika malam tiba, ia melihat bulan dan bintang-bintang, namun bulan itu akhirnya tenggelam tak tampak lagi. Pada siang hari ia melihat matahari, namun disenja hari matahari itu juga tenggelam tak Nampak lagi. Ibrahim berkata dalam hatinya : “Aku tidak suka bertuhan yang tenggelam itu.” Akhirnya Ibrahim dapat menemukan kesimpulan, akal pikirannya yang masih suci bersih itu memutuskan bahwa Tuhan adalah Yang menciptakan semua alam ini. Berkata dalam hatinya : “Tuhanku adalah yang menciptakan langit dan bumi, Tuhanku yang menciptakan manusia, tetumbuhan, hewan dan apa-apa saja yang terdapat di muka bumi ini.
Ibrahim bergaul dengan kaumnya
Sesudah dewasa dan berita tentang pembunuhan bayi-bayi sudah sirna. Ibrahim diijinkan kedua orang tuanya keluar dari gua untuk hidup ditengah-tengah masyarakat. Kesedihan menggoroti hatinya, ternyata masyarakat disekitarnya sudah bobrok mental dan akhlaknya. Akal pikiran mereka benar-benar sudah tumpul sehingga patung dan batu-batu bergambar mereka jadikan Tuhan yang disembah-sembah. Ayah Ibrahim sendiri adalah tukang pembuat patung yang dijual ke masyarakat banyak, dan ayahnya juga menyembah patung yang dibuatnya sendiri.
Ibrahim kemudian mengadu kepada Tuhan : “Ya Tuhan, aku sedang menderita, derita batin. Aku melihat kemungkaran dan kesesatan, untuk apakah gerangan akal pikiran yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka ? Apakah akal pikiran itu hanya digunakan untuk mencari kekayaan dan berbuat kerusakan belaka. Oh Tuhanku, tunjukilah aku kalau Tuhan tidak menunjuki aku, sesungguhnya aku akan menjadi orang yang tersesat dan berbuat aniaya.
Lalu Allah memberikan petunjuk kepadanya, ia diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Ia diberi Wahyu sehingga keyakinan tentang adanya Tuhan bukan sekedar kesimpulan akal pikirannya belaka melainkan berasal dari ketetapan Tuhan. Allah mengajarkan segala rahasia yang ada di balik alam nyata ini, bahwa di balik alam nyata ini ada juga alam ghaib. Setiap manusia yang mati kelak akan dibangkitkan lagi di alam akhirat.
Ibrahim Meyakinkan Dirinya
Nabi Ibrahim sebenarnya sudah percaya akan adanya hari pembalasan di akhirat. Pada suatu hari ia ingin memperoleh petunjuk yang lebih nyata dan meyakinkan hatinya. Maka berdoalah ia kepada Tuhan : “Ya, Tuhanku perlihatkanlah kepadaku, bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah menjawab permintaan Ibrahim itu dengan sebuah pertanyaan : “Apakah kamu belum percaya Ibrahim ?” Nabi Ibrahim menjawab : “Saya telah percaya tetapi supaya bertambah yakin hati saya.”
Tuhan kemudian memerintahkan Ibrahim mengambil empat ekor burung. Keempatnya dipotong-potong dan tubuhnya dicerai beraikan atau dipisah-pisahkan. Potong-potongan kecil dari keempat burung itu dilumatkan kemudian dijadikan empat onggok masing-masing onggokan diletakan di puncak empat bukit yang letaknya berjauhan. Ibrahim kemudian diperintahkan mengambil burung-burung yang sudah hancur tadi. Tiba-tiba saja burung itu hidup lagi seperti sedia kala dan menghampiri Nabi Ibrahim.
Kini bertambah yakinlah Ibrahim akan kekuasaan Allah yang menghidupkan sesuatu yang sudah mati. Allah kemudian berfirman kepada Ibrahim : “Demikian pula Aku akan membangkitkan manusia yang sudah mati untuk dihidupkan di alam akhirat, dan akan dihisap amal perbuatannya sewaktu di dunia. Dan semua manusia akan menerima balasannya sendiri-sendiri”.
Ajakan kepada Ayahnya Meninggalkan Berhala
Sebelum Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala, pertama kali yang diajaknya menyembah Allah adalah ayahnya sendiri. Ayah Ibrahim yang bernama Aazar adalah pembuat patung berhala, ia memperingatkan ayahnya dengan bahasa yang lemah lembut penuh kesopanan : “Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun ? Wahai ayahku, sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang diberikan Allah dan tidak mungkin diberikan kepadamu. Maka ikutilah nasihat-nasihatku, nsicaya akan menunjukan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai ayahku, sesungguhnya aku kuatir engkau akan ditimpa adzab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka engkau akan menjadi kawan dari setan.”
Tapi ayahnya tidak mau mengikuti ajakan Ibrahim. Berkata ayahnya, “Bencikah kamu terhadap Tuhanku, Ibrahim ? Jika kamu tidak berhenti mengajakku niscaya aku akan merajammu. Tinggalkanlah aku buat waktu yang lama. Karena ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata : “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. Mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.”
Doa atau permohonan Nabi Ibrahim untuk ayahnya tak lain adalah karena kasih sayangnya selaku anak kepada ayahnya. Namun setelah Allah menerangkan bahwa ayah Ibrahim adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Tak ada beban moral lagi selaku anak kepada ayahnya seperti tersebut dalam Al-Qur’an : “Dan permintaan ampun dari Ibrahim untuk ayahnya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkan kepada ayahnya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa ayahnya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang lembut hatinya lagi penyantun.”
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Nabi Ibrahim adalah seorang cerdas dan ahli logika serta strategi yang ulung, ia ingin berdialog dengan Raja Namrud di hadapan orang banyak dengan cara ia hancurkan lebih dulu berhala-berhala yang menjadi sesembahan Raja Namrud dan rakyatnya. Hal itu ia lakukan ketika sang raja dan semua rakyat sedang berpesta hari raya dengan berburu di tengah hutan. Disaat rumah penyembahan berhala kosong maka Ibrahim masuk membawa kapak. Berhala-berhala kecil dan sedang dihancurkannya, lalu kapak yang dibawanya itu diletakkan di leher berhala yang paling besar.
Raja Namrud dan pengikutnya kembali dari perburuan dengan wajah gembira. Mereka akan mengadakan pesta pora sambil menyembah berhala diruang pemujaan. Namun betapa terkejut mereka saat melihat berhala-berhala itu telah cerai berai. “Kurang ajar siapa yang berani menghancurkan berhala kita ? “Raja Namrud meluapkan amarahnya. Tidak seorang pun menjawab, namun ada seorang saksi yang melihat bahwa hanya Ibrahim saja yang tidak ikut berburu ke hutan dengan alas an perutnya sakit. “Tangkap dia dan bawa ke hadapanku !” Perintah Raja Namrud. Ibrahim kemudian ditangkap, dalihnya karena hanya ia seorang yang tidak ikut keluar kota untuk berburu hewan. Pastilah ia yang melakukan penghancuran ini.
Ia dibawa ke hadapan Raja Namrud, disaksikan rakyat banyak ia diinterogasi. Ibrahim tersenyum, memang inilah yang diharapkannya. Bertanya Raja namrud : “Apakah kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu ?” Bukan ! “jawab Ibrahim. “Ibrahim ! Sergah Raja Namrud. “Cukup banyak bukti yang menunjukkan kaulah pelakunya. Tak usah mungkir !” Bukan aku pelakunya ! Jawab Ibrahim untuk memancing emosi Raja Namrud. Ia ingin mengajak dialog raja itu.
Baiklah Raja Namrud, “kata Ibrahim, “saya punya pikiran, kamu juga punya pikiran. Kalau mau mencari tahu siapa pelaku penghancuran berhala-berhala itu maka tanyakanlah kepada berhala yang paling besar itu. Bukankah kapak itu menggantung di lehernya, berarti berhala paling besar itu pelakunya.raja Namrud berang mendengar ucapan itu : “Hai Ibrahim kau sungguh bodoh ? dimana otakmu ? masak patung seperti itu akan saya ajak bicara mana mungkin dia bias bicara ? Kau jangan mengada ngada !
“Hai Raja namrud ! Kata Ibrahim dengan lantangnya, siapa sebenarnya yang bodoh. Mengapa patung yang tak dapat bicara dan bergerak kau jadikan Tuhan yang harus disembah. Mengapa patung dan berhala yang tak dapat melindungi dirinya itu kalian puja-puja, bukanlah ini kebodohan yang teramat sangat ?” Raja Namrud dan pengikutnya terdiam mendengar jawaban Ibrahim itu. Sebagian masyarakat akalnya sehat membenarkan ucapan Nabi Ibrahim itu, namun mana berani mereka angkat bicara. Sementara Raja Namrud dan pengikutnya tak dapat membantah. Hanya amarah yang timbul di hatinya, dan langsung Raja Namrud memerintahkan Ibrahim untuk ditangkap dan diikat.
Apa hukuman yang pantas dijatuhkan untuknya ? Taya Raja Namrud kepada para penasihatnya. Bakar ! bakar saja dia sampai mati ! jawab para penasihat kerajaan. Kayu-kayu segera dikumpulkan, Ibrahim diletakkan di atasnya dalam keadaan terikat kemudian dibakarlah ia hingga kayu yang bertumpuk-tumpuk itu habis. Raja Namrud dan rakyatnya mengira Ibrahim akan hangus menjadi abu. Namun setelah api itu padam Ibrahim masih segar bugar. Itulah mujizat Nabi Ibrahim. Tak mempan terbakar.
Dialog Ibrahim dengan Raja namrud
Sesudah Ibrahim dibakar tidak mati, sebenarnya banyak rakyat yang mau mengikuti ajarannya. Tapi karena takut pada ancaman Raja Namrud, maka mereka masih banyak yang kafir. Nabi Ibrahim pun meneruskan dakwahnya untuk mengajak manusia hanya menyembah Allah. Hal ini membuat murka Raja namrud. Suatu hari Nabi Ibrahim dipanggil menghadap ke istana Raja Namrud. Engkau telah menyebarkan fitnah yang jahat sekali, “Kata Raja Namrud, “Adakah Tuhan selain aku ? Akulah Tuhan yang harus kamu sembah. Aku dapat megatur dan merusak segala-galanya. Siapakah yang lebih tinggi kekuasaannya dari pada aku ? Hukum yang kutetapkan mesti berlaku, keputusanku pasti berjalan. Semua orang tunduk kepadaku, mengapa kau menantangku ?”
Dengan tenang Ibrahim menjawab : Tuhanku adalah Allah. Dialah yang kusembah, dia telah menciptakan kamu dan aku yang asalnya tidak ada. Ia sanggup mematikan dan menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Ia adalah pencipta langit dan bumi. Raja Namrud menyanggah jawaban Ibrahim itu dengan pendapatnya yang konyol “ “Aku juga bias menghidupkan dan mematikan. Benarkah ? Tanya Nabi Ibrahim. Raja namrud kemudian memerintahkan pengawal untuk megeluarkan dua orang narapidana. Kemudian Namrud mengambil pedang, salah seorang dari narapidana itu dipenggal lehernya sampai mati, seorang lagi diampuni, dibiarkan hidup. Lalu Namrud berkata : “Begitulah caranya aku menghidupkan dan mematikan.”
“Itu bukan mematikan, melainkan membunuh dengan cara biadab dan kejam. “Kata Ibrahim, Tuhanku bias menjalankan matahari dari timur ke barat, jika kau memang berkuasa namrud, cobalah kau jalankan matahari itu dari barat ke timur !” Namrud terbungkam tak bias bicara. Tantangan Nabi Ibrahim benar-benar telah dijatuhkan oleh kecerdasan akal Ibrahim. Namrud terbungkam tak bisa bicara. Tantangan Nabi Ibrahim benar-benar membuatnya keok, tak bisa membantah lagi, ia benar-benar telah dijatuhkan oleh kecerdasan akal Nabi Ibrahim. Sejak saat itu Namrud menganggap Ibrahim sebagai musuh besarnya.
Ibrahim Hijrah ke Mesir
Karena Negeri babilon tidak aman lagi bagi Ibrahim dan istrinya maka ia memutuskan untuk pindah ke Syam (Palestina). Bersama Nabi Luth yang kemudian juga menjadi Nabi dan beberapa pengikutnya ia meninggalkan Babilon. Namun tidak berapa lama di Negeri Palestina diserang bahaya kelaparan dan penyakit menular. Ibrahim dan pengikutnya kemudian pindah ke Mesir. Mesir pada waktu itu diperintah oleh Raja kejam dan suka berbuat seenaknya. Raja Mesir suka merampas wanita-wanita cantik walapun wanita itu bersuami.
Ketika Raja Mesir mendengar bahwa Sarah adalah perempuan yang cantik maka Ibrahim dan Sarah dipanggil menghadap. Ibrahim berdebar, Raja Mesir memang mempunyai kebiasaan aneh, yaitu merampas istri orang yang berwajah cantik sekedar untuk menunjukkan betapa besar kekuasaannya, tak seorang pun berani menghalangi perbuatannya. Setelah menghadap Raja Mesir ia ditanya : “Siapakah perempuan itu ? “Saudaraku, “jawab Ibrahim, sengaja ia berbohong, sebab jika ia berkata terus terang tentu ia akan dibunuh Raja Mesir dan istrinya akan dirampas. Perbuatan Ibrahim ini menjadi kaidah, boleh berbohong dalam keadaan terdesak dan terancam bahaya.
Nabi Ibrahim dan istrinya boleh tinggal di istana, pada suatu hari Sarah dapat menyembuhkan sakit Raja Mesir yaitu sepasang tangan Raja itu mengatup rapat tak dapat digerakkan, atas jasanya itu Sarah kemudian diberi hadiah seorang budak perempuan bernama Hajar. Dan dengan ikhlas hajar kemudian diberikan kepada Ibrahim untuk dijadikan Istri. Di Mesir, Ibrahim dapat hidup tentram dan makmur. Hartanya melimpah ruah. Tapi justru ini menjadikan iri hati bagi penduduk asli Mesir. Maka Ibrahim kemudian memutuskan kembali ke Palestina. Sejak saat itu Palestina dijadikan tempat tinggalnya. Di jadikan tanah airnya dan dijadikan tempat untuk menyembah Allah. Di Negeri Palestina itu Hajar melahirkan seorang anak lelaki yang bernama Ismail. Tak lama kemudian Sarah juga melahirkan anak laki-laki dan dinamakan Ishak.