enyebut nama Nabi Adam Alaihissalam (AS), maka akan terlintas
dalam benak pikiran manusia, sosok manusia pertama cerdas (berakal) yang
diciptakan Allah SWT. kisah penciptaan Adam terdapat dalam
surah Al-Baqarah [2] ayat 30.
“Ingatlah ketika Tuhamu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:
“mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang-orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 30)
Selain ayat di atas, masih banyak lagi ayat-ayat AlQuran yang menceritakan tentang kisah penciptaan Nabi Adam AS. Dalam AlQuran, nama Adam disebut sebanyak 25 kali, dan kisahnya antara lain dipaparkan dalam surah Al-Baqarah [2]: 30-39, Al-A’raf [7]: 11-25, Al-Hijr [15]: 26-38, Al-Isra’ [17]: 61-65, Thaha [20]: 115-127, dan Shad [38]: 71-78.
Secara umum disebutkan, Adam adalah salah satu makhluk Allah, Ia bersama
Hawa (istrinya) menjalani kehidupan di surga, kemudian Allah
menurunkannya ke bumi untuk menjadi khalifah (pengelola bumi). Bersama
istri dan keturunannya, Adam menjadi penghuni dan pengelola bumi.
Kisah diturunkannya Adam ke bumi diawali saat Adam dan
Hawa memakan buah Khuldi di surga. Allah melarang keduanya untuk memakan
buah Khuldi.
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini (khuldi), yang
menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS Al-Baqarah [2]: 35).
“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan
berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi
(kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS Thaha [20]: 120)
Keduanya pun terbujuk dengan rayuan iblis, hingga mereka memakan buah khuldi tersebut.
“Maka keduanya memakan buah tersebut, lalu tampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang
ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada tuhan dan sesatlah dia.”(QS Thaha [20]: 121)
Menurut Ibnul Atsir, Adam AS awalnya menolak mengikuti bujukan iblis,
namun desakan Siti Hawa yang begitu kuat, akhirnya membuat Adam ikut
memakan buah tersebut. Lihat An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits, karya Ibnul Atsir jilid 3 hlm. 158.
Keduanya lalu bertobat dan memohon ampun kepada Allah
dan Allah menerima tobat mereka dan memilih Adam sebagai Rasul-Nya.
“Kemudian Tuhannya memilihnya (menjadi Rasul), maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.” (QS Thaha [20]: 122)
Kendati Allah SWT telah menerima tobat Adam dan Hawa, namun sebagaimana
kehendak Allah untuk menjadikannya sebagai khalifah di bumi, maka Adam
dan Hawa lalu diturunkan ke bumi.
“turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi
kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang
ditentukan.” (QS al-Baqarah [2]: 36)
“Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada
rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS al-Baqarah [2]: 38)
Di bumi, Adam dan Hawa bertempat tinggal serta mengembangkan
keturunannya. Lihat firman Allah SWT dalam surah Al-A’raf [7]: 24-25.
“Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi
adalah tempat kediaman dan kesengan sampai waktu yang telah ditentukan.
Di sana kamu hidup, disana kamu mati dan dari sana (pula) kamu akan
dibangkitkan.” (QS Al-A’raf [7]: 24-25)
Selain Adam dan Hawa, Allah juga menurunkan Iblis dan
ular ke bumi. Sebelumnya, iblis lebih dahulu diusir dari surga karena
tidak mau sujud kepada Adam. Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir
At-Thabari RA dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ke-36 surah
Al-Baqarah [2], membawakan sebuah riwayat dengan sanad bersambung kepada
para sahabat Nabi SAW seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan lainnya
“Ketika Allah memerintahkan kepada Adam dan Hawa untuk tinggal di
surga dan melarang keduanya memakan buah khuldi, iblis memiliki
kesempatan untuk menggoda Adam dan Hawa, namun, ketika akan memasuki
surga, iblis dihalangi oleh malaikat. Dengan tipu muslihatnya, iblis
kemudian mendatangi seekor ular, yang waktu itu ia adalah hewan yang
mempunyai empat kaki seperti unta, dan ia adalah hewan yang paling bagus
bentuknya. Setelah berbasa-basi, iblis lalu masuk ke mulut ular dan
ular itu pun masuk ke surga sehingga iblis lolos dari pengawasan
malaikat.” (Tafsir At-Thabari)
Gunung Tertinggi
Lalu, setelah dikeluarkan dari surga, dimanakah
Adam dan Hawa diturunkan? Para ulama berselisih pendapat mengenai hal
ini. Mayoritas ulama sepakat bahwa keduanya diturunkan secara terpisah
dan kemudian bertemu di Jabal Rahmah, di Arafah.
Mengenai tempat diturunkannya inilah yang menjadi perselisihan pendapat di kalangan ulama. Al-Imam At-Thabari dalam Tarikh Thabari (jilid 1 hlm 121-126), menyatakan, Mujahid meriwayatkan keterangan dari Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib yang mengatakan: “Adam diturunkan dari surga ke bumi di negeri India.”Keterangan ini juga diriwayatkan oleh Thabrani dan Abu Nu’aim di dalam kitab al-Hilyah, dan Ibnu Asakir dari Abu Hurairah RA.
Thabrani meriwayatkan dari Abdullah bin Umar :
“Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India.
Kemudian dia mendatangi Makkah, untuk berhaji kemudian pergi menuju Syam
(Syria) dan meninggal di sana.”
(HR. Thabrani)
Abu Shaleh meriwayatkan juga dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa Hawa diturunkan di Jeddah (Arab:
nenek perempuan) yang merupakan bagian dari Makkah. Kemudian dalam
riwayat lain At-Thabari meriwayatkan lagi bahwa Iblis diturunkan di
negeri Maisan, yaitu negeri yang terletak antara Basrah dengan Wasith,
sedangkan ular diturunkan di negeri Asbahan (Iran).
Riwayat lain menyebutkan, Adam diturunkan di bukit Shafa dan Siti Hawa di bukit Marwah.
Sedangkan riwayat lain menyebutkan Adam AS diturunkan diantara Makkah
dan Thaif. Ada pula yang berpendapat Adam diturunkan di daerah India
sementara Hawa di Irak.
AlQuran sendiri tidak menerangkan secara jelas di mana
Adam dan Hawa diturunkan. AlQuran hanya menjelaskan tentang proses
diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi. Lihat Al-Baqarah [2]:
30-39 dan Al-A’raf [7]: 11-25.
Sementara itu, menurut legenda agama Kristen, setelah diusir dari Taman
eden (Surga), Adam pertama kali menjejakan kainya di muka bumi di sebuah
gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang terdapat di Sri Langka.
Menurut At-Thabari, tempat Adam diturunkan adalah di puncak gunung
tertinggi di dunia. Keterangan At-Thabari ini kemudian diikuti oleh para
ahli geografi modern, dan merupakan pendapat yang paling kuat dasarnya.
Pendapat ini juga diikuti oleh Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Atlas Al-Qur’an, dan Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul.
Para ahli geologi telah melakukan berbagai penelitian mengenai gunung
tertinggi di dunia, mulai dari dartan Asia, Eropa, Afrika, Amerika,
hingga Australia. Dan dari penelitian itu disepakati bahwa gunung
tertinggi di dunia adalah Gunung Everest (Mount Everest) yang ada
di daerah Himalaya, mencapau 8.848 meter dari permukaan laut (dpl).
Dari sinilah para ahli meyakini bahwa Adam memang diturunkan di daerah
ini, yaitu di puncak tertinggi di dunia (Mount Everest). Wa Allahu A’lam
Diturunkan untuk Menjadi Khalifah
Dalam berbagai riwayat, termasuk dalam kepercayaan
orang-orang non-muslim sebagaimana keterangan kitab-kitab mereka, Adam
dan Hawa diturunkan ke bumi akibat perbuatan mereka yang melanggar
larangan Allah SWT. larangan tersebut adalah memakan buah khuldi, karena
tergoda oleh rayuan dan bujukan Iblis. Sebagian umat islam juga
mempercayai hal ini, yaitu mereka (Adam dan Hawa) diturunkan ke bumi ini
akibat melanggar larangan Allah yaitu memakan buah khuldi.
Tentu saja, anggapan ini keliru dan sangat berbahaya
bagi akidah umat islam. Sebab, dengan meyakini diturunkannya Adam dan
Hawa karena perbuatan mereka memakan buah khuldi, berarti umat manusia
saat ini menanggung dosa (warisan) sebagaimana kepercayaan dalam agama
lain.
Hal inilah yang ditolak oleh islam. Dalam ajaran islam, tidak ada
istilah dosa warisan. Setiap orang yang berbuat keburukan, maka dialah
yang menanggung dosanya dan tidak ada dosa bagi orang lain yang tidak
mengikutinya.
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menerangkan, andai dosa
Adam itu ditanggung pula oleh umat manusia, hal itu bertentangan dengan
keterangan AlQuran yang menyatakan bahwa manusia tidak akan memikul dosa
orang lain.
“(Yaitu) bahwasanya, seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS
An-Najm [53]: 38). Keterangan serupa juga terdapat dalam surah An-An’am
[6]: 164, Al-Isra’ [17]: 15, Fathir [35]: 18, Az-Zumar [39]: 7.
Ibnu Katsir menjelaskan, diturunkannya Adam AS ke bumi
ini memang direncanakan dan sesuai dengan skenario Allah SWT untuk
menjadikannya sebagai khalifah yakni mengelola bumi dan seisinya (QS
[2]: 30). Karena itulah, Allah mengejarkan (ilmu) tentang nama-nama
setiap benda kepada Adam, dan tidak diajarkan kepada malaikat, termasuk
iblis (QS [2]: 31-37). Dengan ilmu itu agar nantinya anak-cucu Adam di
bumi bisa mengetahui dan mengelolanya dengan baik untuk kehidupan mereka
di masa-masa berikutnya.
Dengan penguasaan ilmu itu, maka Allah memerintahkan
kepada malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Adam. Malaikat
melaksanakan perintah Allah dan bersujud, sedangkan iblis menolaknya.
Dan atas penolakan iblis itu, maka Allah pun mengutuk dan mengusirnya
dari surga.
Keterangan inilah yang akhirnya membuat seorang peneliti bidang
matematika dari Universitas Kansas, Amerika Serikat, Prof. Dr. Jeffrey
Lang, untuk memeluk islam. “Adam diturunkan ke bumi bukan karena dosa
yang diperbuatnya, melainkan karena Allah SWT menginginkan seorang
khalifah di bumi untuk mengatur dan mensejahterakan alam.” Ujarnya. Lang
mengatakan, ia benar-benar berupaya keras memahami ayat 30-39 surah
Al-Baqarah [2] yang menjelaskan tentang penciptaan Adam hingga ia
diturunkan ke bumi. Ia membandingkannya dengan ajaran agama yang
dianutnya terdahulu didalam berbagai literatur dan kitab suci. Namun, ia
kecewa dengan hasilnya. Maka ia berusaha untuk terus mencari hingga
akhirnya menemukan jawabannya di dalam AlQuran.
Penjelasan terperinci Jeffrey Lang mengenai hal ini dan pergulatannya dalam memahami islam, ia kemukakan dalam bukunya Losing My Religion: A Call for Help.
Adam bukan Makhluk Pertama
Nabi Adam AS adalah manusia cerdas pertama yang
diciptakan Allah SWT. ia diberikan akal pikiran dan dapat mengetahui
segala sesuatu, termasuk yang menciptakannya, Allah SWT. dan Adam
diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi, yakni
mengelola, merawat dan melestarikannya untuk anak cucunya kelak. (QS
Al-Baqarah [2]: 30-39).
Banyak pendapat yang mengatakan, Adam bukanlah manusia pertama. Pendapat ini terekam dalam berbagai buku. Bahkan beberapa diantaranya ditulis oleh penulis muslim. Menurut mereka maknanya bukan menciptakan (khalaqa), melainkan menjadikan (ja’ala).
Sebagaimana diketahui, Adam AS memang bukan makhluk pertama yang
diciptakan Allah. Sebab, masih ada makhluk lain yang lebih dahulu
diciptakan-Nya, seperti Malaikat dan Iblis.
Pendapat yang menyatakan bahwa Adam bukan manusia pertama, salah satunya dikemukakan ole Dr. Abdul Shabur Syahin. Dalam bukunya Ar-Rawafid al-Saqafiyah (Adam Bukan Manusia Pertama? Mitos atau Realita), Syahin mengatakan, Adam adalah Abul Insan, bukan Abul Basyar. Keduanya bermakna sama, yakni bapak (nenek moyang) manusia.
Abdul Shabur Syahin membedakan makna antara al-Insan dan al-Basyar.
Karena perbedaan itu, Syahin menegaskan, Adam bukanlah manusia pertama.
Menurutnya, Adam bukan diciptakan, melainkan dilahirkan. Makna dari
dilahirkan berarti ada orangtuanya. Ia membedakan antara kata ja’ala (menjadikan) dan khalaqa(menciptakan).
Menurutnya, dalam surah Al-Baqarah [2]: 30, An-Naml [27]:62, Fathir
[35]: 39, kata ‘menjadikan khalifah’ bukanlah menciptakan manusia baru,
tetapi meneruskan cara kerja manusia yang sudah ada sebelumnya.
Karenanya, kata dia, Adam bukanlah manusia pertama.
Pendapat ini dibantah oleh Syekh Abdul Mun’im Ibrahim.
Menurutnya, pendapat yang diutarakan oleh Abdul Shabur Syahin tentang
Adam dilahirkan, sangat bertentangan dengan sejumlah ayat AlQuran maupun
beberapa hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan awal mula penciptaan
Adam dari tanah. “Pendapat Abdul Shabur Syahin bahwa Adam dilahirkan
ole kedua orangtuanya, mengingatkan kita pada teori evolusi yang
dikemukan Charles Darwin, seorang Yahudi picik yang menulis dalam
bukunya Ashl al-Anwa’ (Asal Mula Penciptaan). Darwin berpendapat,
manusia berevolusi dari bentuk aslinya ke bentuk sekarang,” tegas Syekh
Mun’im Ibrahim, dalam bukunya Ma Qabla Khalqi Adam (Adakah Makhluk Sebelum Adam, Menyingkap Misteri Awal Kehidupan), dan Wafqat Ma’a Abi Adam.
Syekh Mun’im setuju bahwa ada makhluk lain sebelum Adam diciptakan.
Artinya, Adam bukan makhluk pertama. Namun demikian, ia sangat yakin
bahwa Adam adalah manusia pertama yang berakal yang diciptakan Allah
SWT.
Pendapat senada dengan penjelasan Syekh Mun’im ini, juga terdapat dalam buku Al-Jamharah karya Abu Darid, At-Tahzib karya Al-Azhari, Diwan al-Adab karya al-Farabi,Mu’jam Maqayis al-Lughah karya Ibnu Faris, Lisanu al-Arab karya Ibnu al-Manzhur Al-Ifriqi, lalu As-Shahhah karya Al-Jauhari, dan al-Mukhtar karya Ar-Razi.
Sejumlah pihak mengatakan, bahwa sebelumnya telah ada
makhluk lain yang disebut manusia dan mengelola bumi ini. Namun, mereka
bukanlah manusia yang berakal sehingga dalam pengelolaannya makhluk itu
banyak melakukan kerusakan dan kehancuran. Itulah, menurut berbagai
pendapat, sehingga malaikat berkata kepada Allah, bahwa makhluk yang
diciptakannya untuk mengelola bumi itu akan melakukan kerusakan,
sebagaimana pendahulunya. Wa Allahu A’lam.
Makhluk Pertama
Lalu, apa atau siapa makhluk yang pertama kali diciptakan Allah SWT?menurut Syekh Mun’im, makhluk yang pertama kali diciptakan adalah qalam(pena). Dari Ubadah bin As-Shamit, ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Awal makhluk yang Allah SWT
ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata kepada pena, ‘Tulislah.’ Pena
berkata, ‘Apa yang aku tulis?’ Allah berkata, ‘Tulislah apa yang akan
terjadi dan apa yang telah terjadi hingga hari Kiamat.”
Imam Ahmad RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: “Bahwa
makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia berkata
kepada pena tersebut, ‘Tulislah.’ Maka pada saat itu berlakulah segala
apa yang ditetapkan hingga akhir kiamat.” (Lihat Musnad Ahmad RA).
Dalam riwayat lain, ada yang mengatakan, makhluk yang pertama diciptakan adalah dawat (tinta), lalu pena. Ada pula yang menyebutkan, air pertama kali diciptakan.
Menurut Syekh Mun’im, pena adalah makhluk pertama yang diciptakan. Pendapat ini telah di-tarjih dan dikuatkan oleh Ibnu jarir dan Nashiruddin al-Albani RA. Setelah Allah menciptakan qalam, maka kemudian dilanjutkan dengan penciptaan tinta (dawat). Selanjutnya, Allah menciptakan air, kemudian arasy (singgasana), kursi, lauh al-mahfuzh, langit dan bumi (semesta), malaikat, surga, neraka, jin dan iblis (syaitan), dan Adam AS.
Wa Allahu A’lam
Kisah
tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal
2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian
lain tentang kehidupannya dapat ditemukan dalam kitab-kitab apokrif,
seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.
Menurut kisah di atas, Adam diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman
Eden yang berarti tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon,
Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Ia kemudian
diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua binatang. Allah juga
menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam
dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berjalan bersama
Allah, tetapi akhirnya mereka diusir dari taman itu karena mereka
melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat.
Setelah diusir dari taman itu, Adam
harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga
orang anak yang disebut dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain,
Habel, Set (Shiyth), dan yang lainnya. Kitab Yobel menyebutkan dua
orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set
dan Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab
Yobel menyatakan bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka
tidak disebutkan.
Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam
meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu,
perhitungan seperti yang dibuat oleh Uskup Agung Ussher, memberikan
kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran
Nuh, sembilan generasi setelah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup
bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut
Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel
menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan.
Menurut legenda, setelah diusir dari
Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah
gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini
terdapat di Sri Lanka.
C. KISAH NABI ADAM MENURUT BAHA’I [ kembali ke daftar isi ]
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Refferensi[ kembali ke daftar isi ]
id.wikipedia.org
id.wikipedia.org
Kisah
tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal
2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian
lain tentang kehidupannya dapat ditemukan dalam kitab-kitab apokrif,
seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.
Menurut kisah di atas, Adam diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman
Eden yang berarti tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon,
Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Ia kemudian
diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua binatang. Allah juga
menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam
dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berjalan bersama
Allah, tetapi akhirnya mereka diusir dari taman itu karena mereka
melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat.
Setelah diusir dari taman itu, Adam
harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga
orang anak yang disebut dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain,
Habel, Set (Shiyth), dan yang lainnya. Kitab Yobel menyebutkan dua
orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set
dan Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab
Yobel menyatakan bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka
tidak disebutkan.
Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam
meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu,
perhitungan seperti yang dibuat oleh Uskup Agung Ussher, memberikan
kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran
Nuh, sembilan generasi setelah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup
bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut
Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel
menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan.
Menurut legenda, setelah diusir dari
Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah
gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini
terdapat di Sri Lanka.
C. KISAH NABI ADAM MENURUT BAHA’I [ kembali ke daftar isi ]
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Refferensi[ kembali ke daftar isi ]
id.wikipedia.org
id.wikipedia.org
Kisah
tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal
2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian
lain tentang kehidupannya dapat ditemukan dalam kitab-kitab apokrif,
seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.
Menurut kisah di atas, Adam diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman
Eden yang berarti tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon,
Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Ia kemudian
diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua binatang. Allah juga
menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam
dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berjalan bersama
Allah, tetapi akhirnya mereka diusir dari taman itu karena mereka
melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat.
Setelah diusir dari taman itu, Adam
harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga
orang anak yang disebut dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain,
Habel, Set (Shiyth), dan yang lainnya. Kitab Yobel menyebutkan dua
orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set
dan Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab
Yobel menyatakan bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka
tidak disebutkan.
Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam
meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu,
perhitungan seperti yang dibuat oleh Uskup Agung Ussher, memberikan
kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran
Nuh, sembilan generasi setelah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup
bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut
Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel
menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan.
Menurut legenda, setelah diusir dari
Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah
gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini
terdapat di Sri Lanka.
C. KISAH NABI ADAM MENURUT BAHA’I [ kembali ke daftar isi ]
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Refferensi[ kembali ke daftar isi ]
id.wikipedia.org
id.wikipedia.org
Kisah
tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal
2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian
lain tentang kehidupannya dapat ditemukan dalam kitab-kitab apokrif,
seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.
Menurut kisah di atas, Adam diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman
Eden yang berarti tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon,
Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Ia kemudian
diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua binatang. Allah juga
menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam
dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berjalan bersama
Allah, tetapi akhirnya mereka diusir dari taman itu karena mereka
melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat.
Setelah diusir dari taman itu, Adam
harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga
orang anak yang disebut dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain,
Habel, Set (Shiyth), dan yang lainnya. Kitab Yobel menyebutkan dua
orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set
dan Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab
Yobel menyatakan bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka
tidak disebutkan.
Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam
meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu,
perhitungan seperti yang dibuat oleh Uskup Agung Ussher, memberikan
kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran
Nuh, sembilan generasi setelah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup
bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut
Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel
menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan.
Menurut legenda, setelah diusir dari
Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah
gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini
terdapat di Sri Lanka.
C. KISAH NABI ADAM MENURUT BAHA’I [ kembali ke daftar isi ]
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Menurut pandangan Baha’i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah. Penganut Baha’i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.
Refferensi[ kembali ke daftar isi ]
id.wikipedia.org
id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar